Rabu, 21 Maret 2012

Pemikiran Ekonomi Neo-Klasik

Bismillahirrahmanirrahim.............

Pembahasan

PENDAHULUAN
Pemikiran-pemikiran ekonomi yang berkembang saat ini telah mengalami suatu proses yang panjang, perkembangannya berlangsung berabad-abad seiring dengan munculnya batu, perunggu, dan besi. Kemudian semakin berkembang sejak ditemukannya pada radaban india kuno, Mesri kuno, dan Babylonia. Sedangkan barat lebih cenderung pada pradaban yunani kuno yang kaya akan peninggalan dari kaum inteleknya.
Perkembangan dimulai dari masa Pra-Klasik diantaranya masa yunani kuno, Sekolastik hingga Fisiokrat. Dalam pembahasan kali ini akan difokuskan pada pembahasan pemikiran ekonomi Neo-Klasik, dimana tokoh yang terkenal pada masa Neo-Klasik diantaranya adalah W.Stanly Jevons (1835-1885), Leon Walras (1837-1910), Carl Menger (1840-1921), Dan Alfred Marshall (1842-1924).
Para pakar neoklasik membahas ramalan Marx menggunakan konsep analisis marjinal (Marginal Analisis) atau marjinal Revolution. Pada intinya konsep ini merupakan pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen dan produsen, serta penentuan harga-harga di pasar.
Teori ini telah lama digunakan dan dikembangkan Heinrich Gossen (1810-1885) dalam menjelaskan kepuasan (utility)dari pengkonsumsian jenis barang. Menurutnya kepuasan marjinal (marginal Utility) dari pengkonsumsian suatu semacam barang akan semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak,’’(Hukum Gossen I)’’. dalam hokum Gossen II, menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia serlalu terbatas secara relatif untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang relatif tidak terbatas adanya.



A.    RUANG LINGKUP PEMIKIRAN EKONOMI NEO-KLASIK
Pada tahun 1870-an telah terjadi pergeseran dalam teori pembangunan ekonomi. Pergeseran ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang peranannya begitu dominan dalam pencariaan dan penemuan sumber-sumber produksi baru, serta kemampuannya dalam mengembangkan lebih lanjut sumber-sumber produksi baru itu. Aliran teori pembangunan ekonomi baru ini kemudian dikena sebagai madzab teori pembangunan ekonomi Neo-Klasik.
Kemunculan madzhab teori pembangunan ekonomi Neo-Klasik tidak terlepas dari banyaknya kritik dari pakar ekonomi terhadap teori-teori yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Angels, baik dari kaum sosialis sendiri maupun dari pendukung mazhab kapitalisme. Hal ini terjadi karena analisis yang dipergunakan oleh karl Marx untuk meramal kejatuhan sistem kapitalis bertitik tolak dari teori nilai tenaga kerja dan tingkat upah, maka oleh para pakar ekonomi Neo-Klasik teori-teori tersebut dipelajari secara mendalam.
Dari sekian banyak para pakar eknomi Neo-Klasik masing-masing mempunyai pencirinya sendiri-sendiri, khususnya dalam cara hal pandang, fokus kajian,dan kerangka analisisnya. Semua itu terlihat jelas dan tertuang dalam karya-karyanya. Dengan pencirinya itu, kemudian oleh banyak kalangan dikelompokkan kedalam beberapa aliran atau mazhab.
Pertama, Mazhab Autria, mereka yang tergabung dalam mazhab ini adalah tokoh-tokoh pemikiran ekonomi handal seperti  Carl Menger (1840-1921), Friedrich von Weiser (1851-1920), dan Eugen Von Bohm Bawerk (1851-1914). Teori-teori yang dikembangkan oleh ketiga tokoh utama mazhab ini memiliki pencirinya sendiri dengan menerapkan kalkulus sebagai peralatan utamanya. Kelompok penerus mazhab ini adalah Knut Wicksell (1851-1926).. Ludwig Edler von mises (1881-1973), dan friedrich August von Hayek (1899-1978).
Kedua,Mazhab Lausan ne, teori-teori yang dikembangkan oleh kelompok ini analisisnya lebih komprehensif, utamanya tentang teori keseimbangan umum yang dijelaskan dengan pendekatan matematis. Tokoh pemikir utama yang dianggap menonjol dan sekaligus pendiri dari mazhab ini adalah Leon Warlas. Karya monumentalnya berjudul Element of Pure Economic yang terbit pada tahun 1878. Model keseimbangan walras ini ternyata tidak dikembangkan oleh para pakar ekonomi pada zamannya. Alfred Marshall adalah sosok ilmuwan dari Cambridge University yang sangat menghargai model matematika yang menjadikan pemikiran-pemikiran Walras kemudian dihargai. Ia dianggap sebagai pendiri dan pengembang ilimu ekonomi matematika, dan kira-kira 60 tahun kemudian dikembangkan oleh friedrich dan tinberge menjadi ekonometrika, dan oleh Wassily Leontief  kemudian dikembangkan analisis input-output atas dasar matematika yang dikembangkan walras. Pemikiran-pemikiran walras ini kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh vilfredo Pareto. Terutama dalam menjelaskan kondisi-kondisi yang harus dipenuhi agar sumberdaya-sumberdaya dapat dialokasikan dan memberikan hasil yang optimum dalam suatu model keseimbangan umum.
Ketiga, Madzab Cambridge, tokoh pemikir ekonomi yang menonjol karya-karyanya dalam kelompok mazhab ini adalah Alfred Marshall. Sebagaimana diuraikan oleh marshall dalam bukunya, harga barang menurut kaum klasik ditentukan oleh besarnya pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut. Dengan demikian, yang menetukan harga adalah sisi penawaran. Pendapat ini dengan  tegas ditentang oleh kelompok Neo-Klasik lain seperti Jevon, Menger dan Walras. Mereka sepakat bahwa yang menentukan harga adalah konsidi permintaan. Mereka juga mengkritik para pakar ekonomi klasik yang gagal membedakan antara utilitas total, utilitas Marjinal,dan utilitas rata-rata.
Bagi Jevons, Menger dan Walras13 biaya bukan satu-satunya faktor yang menentukan harga. Yang paling menentukan harga, sesuai dengan teori utilitas marjinal adalah utilitas yang diterima dari mengkonsumsi satu unit terakhir dari barang tersebut. Ini berarti, teori tentang harga yang dikembangkan oleh kaum marjinalis sangat berbeda dengan teori yang dikembangkan oleh kaum klasik. Kaum klasik melihat harga dari sisi produsen (jumlah pengorbanan yang dikeluarkan), sedangkan kaum marjinalis melihat dari sisi konsumen, yaitu kepuasan marjinal dari mengkonsumsi satu unit barang terakhir. Para pakar ekonomi Neo-Klasik sebagaimana disebutkan diatas dalam menganalisis ramalan Karl Marx mempergunakan konsep analisis marjinal. Analisis dengan konsep ini memiliki makna khusus bagi pengembangan ilmu ekonomi, sebab hasil penelitian mereka telah menciptakan aura baru bagi pengembangan teori ekonomi modren. Beberapa penulis ekonomi menyebut apa yang sudah dilakukan oleh pakar ekonomi Neo-Klasik tersebut sebagai Marginal Revolution, karena telah ditemukan suatu analisis baru yaitu pendekatan marjinal. Analisis ini pada intinya merupakan aplikasi dari kalkulus differensial terhadap tingkah laku konsumen dan produsen serta penentuan harga-harga di pasar.
Kemudian, dalam teori ekonomi Neo-Klasik dipelajari tingkat bunga, yaitu harga modal yang menghubungkan nilai pada saat ini dan saat yang akan datang. Teori Ekonomi Neo-Klasik mengenai perkembangan ekonomi menganggap: 1) akumulasi modal merupaka faktor penting dalam perkembangan ekonomi. 2) Perkembangan itu merupakan proses yang gradual, 3) Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif, 4) aliran ekonomi Neo Klasik optimis terhadap perkembangan ekonomi, dan 5) adanya aspek international dalam perkembangan tersebut.
Dalam perspektif teori ekonomi Neo-Klasik, akumulasi modal berkaitan dengan tingkat bunga dan tingkat pendapatan. Dengan tingkat bunga yang rendah, maka akan menentukan tingginya tingkat investasi dan mendorong aktivitas ekonomi produktif meningkat, yang pada gilitannya akan mampu meningkatkan pendapatan. Dengan demikian jika tingkat  bunga rendah maka investasi akan tinggi dan pendapatan meningkat, dan begitu juga sebaliknya. Perkembangan ekonomi yang demikian berproses secara gradual dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan pandangan Alfred Marshall, bahwa perekonomian itu merupakan sebuah kehidupan organik  yang  tumbuh dan berkembang perlahan-lahan sebagi proses yang gradual.
Dari perspektif yang lain, teori ekonomi  Neo-Klasik optimis bahwa perkembangan ekonomi tidak akan berhenti karena terbatasnya sumberdaya alam. Teori ini menyakini ada kemampuan manusia untuk mengatasi terbatasnya pertumbuhan itu, sehingga berbeda dengan pandangan  teori ekonomi klasik bahwa pertumbuhan ekonomi akan terhenti karena terbatasnya sumber daya alam.
Bagaimanapun perkembangan ekonomi suatu negara  tidak terlepas dari pengaruh dunia international. Hal ini dapat dijelaskan melalui lima aspek  yang mempengaruhi tingkat perkembangan ekonomi suatu negara: 1) mula-mula negara itu meminjam modal, yang selanjutnya disebut dengan debitur kurang mapan, 2) kemudian,negara itu dapat meningkatkan pendapatan nasionalnya dan dapat membayar dividend dan bunga atas pinjaman tersebut, 3) setelah pendapatan nasional negara itu meningkat maka sebagian dari pendapatannya digunakan untuk melunasi utang dan sebagian lagi dipinjamkan ke negara lain yang membutuhkan. Negara ini berada dalam tingkat debitur yang sudah mapan, 4) Kemudian negara itu mengalami surplus kerena telah dapat menerima dividend dan bunga yang lebih besar dari pada beban bunga yang harus ditanggung atau dibayarkan, dan 5) akhirnya negara tersebut menjadi kreditur mapan karena telah menerima dividend dan bungan dari negara lain.

B.     SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI NEO-KLASIK

*      PERINTIS DARI ANALISIS MARGINAL
Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi dilandaskan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi, tetapi telah berali pada kepuasan marginal (Marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
Salah satu pendiri mazhab ekonomi neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberi sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya. Salain Gossen, Jevons, dan Menger juga mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa prilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori  nilai dari orde dari berbagai jenis barang, menerut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka tercakup skaligus teori distribusi.
Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan umum melalui empat system perkembangan yang serempak. Dalam teori sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seprti teori produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan teknologi produksi dan selera konsuman tetap. Jika terjadi perubahan dalam asumsi ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi


*      TEORI PRODUKTIFITAS MARJINAL
Dasar pemikiran mazhab neoklasik pada generasi kedua lebih akuransi dan tejam karena bila dibandingkan dengan pemikiran ekonomi pada kelompok generasi pertama neoklasik. Hal ini dapat terjadi karena pemikiran generasi kedua menjabarkan lebih lanjut prilaku variable-variabel ekonomi yang sudah dibahas sebelumnya. Lingkupan telah berkembang dari produksi, konsumsi, dan distribusi yang lebih umum beralih pada penjelasan yang lebih tajam.
Pertentangan pemikiran antara para ahli neoklasik seperti J.B. Clark dapat menjadi sumber inspirasi dari perkembangan ilmu ekonomi dalam menjelaskan teori distribusi fungsional, ditafsirkan oleh J.B Clark mempunyai nilai etik, yang secara langsung membantah teori eksploisasi. Dengan teori produktivitas marjinal, upah tenaga kerja, laba serta lahan dan bunga ditetapkan dengan objektif dan adil.
Penggunaan pendekatan matematis dalam analisis ekonomi terutama dalam fungsi produksi semakin teknis, dan dengan penggunaan asumsi-asumsi yang dialaminya juga bertambah seperti dalam kondisi skala tetap, meningkat atau menurun. Hal ini dikaitkan pula dengan bentuk kurva ongkos rata-rata, oleh Wicksell. Hal ini merupakan sumbangan besar dalam pembahasan ongkos perusahaan dan industri. Pada saat kurva ongkos rata-rata menurun, sebenarnya pada fungsi produksi terjadi proses increasing returns, dan pada saat kurva ongkos naik, pada kurva produksi terjadi keadaan decreasing returns. Selanjutnya, pada saat ongkos rata-rata sampai pada titik minimum, pada fungsi produksi berlaku asumsi constant return to scale.
Pemikiran lain yang menjadi sumber kontroversi seperti pandangan Bohm Bawerk telah menimbulkan kontroversi pula tentang hubungan antara modal dan bunga. Kontroversi ini pun timbul dari pandangan J.B. Clark. Clark mempunyai pendapat bahwa barang-barang sekarang mempunyai nilai lebih tinggi daripada masa depan, karena itu timbullah bunga. Tetapi, bunga juga dipengaruhi oleh produktivitas melalui keunggulan teknik. Bohm Bawerk memberikan adanya premium atau agio, karena kebutuhan sekarang lebih tinggi daripada masa datang. Tetapi, Fisher melihat dari arus pendapatan masa depan perlu dinilai sekarang, yang dipengaruhi oleh kekuatan subjektif dan objektif. Fisher menjelaskan pula terjadinya bunga melalui permintaan dan penawaran terhadap tabungan dan investasi. Fisher memberi sumbangan pula pada tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan marginal rate of return over cost.
*      PEMIKIRAN MARSHALL SEBAGAI BAPAK EKONOMI NEO-KLASIK
Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakin kepuasan marjinal uang yang tetap. Pemikiran Alfred Marshall mahir dalam menggunakan peralatan matematika ke dalam analisis ekonomi. Dia memahami, bahwa untuk memudahkan pembaca, maka catatan-catatan matematikanya diletakkan pada bagian catatan kaki dan pada lampiran bukunya. Pembahasannya tentang kepuasan marjinal telah mulai sebelum 1870, sebelum buku Jevons terbit, tetapi karena orangnya sangat teliti dan modes, dia tidak mau cepat-cepat menerbitkan bukunya.
Dalam pembahasan sisi permintaan, marshall telah menghitung koefisien barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua masalah yang belum mendapat dalam hal sisi permintaan, yakni aspek barang pengganti dan efek pendapatan. Robert Giffen telah dapat membantu penyelesaian kaitan konsumsi dan pendapatan dengan permintaannya terhadap barang-barang, sehingga ditemukan Giffen Paradox. Peranan subtitusi kemudian diselsaikan oleh slurtky. Marshall menemukan surplus konsumen. Pengertian ini dikaitkan pula dengan welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja lebih kecil daripada kemampuannya membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama pajak yang dikenakan pada konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk subsidi, terutama bagi industri-industri yang struktur ongkosnya telah meningkat. Marshall menjelaskan pula mengapa kurva ongkos total rata-rata menurun dan meningkat. Hal ini berkaitan dengan factor internal dan eksternal perusahaan. Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan ketidakstabilan, karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi titik keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.

C.    TOKOH PEMIKIRAN EKONOMI NEO-KLASIK

ü  Tiga tokoh utama Mazahab Austria
Karl Menger (1840-1921) menjabat sebagai professor ekonomi di Universitas Wina dari tahun 1873 hingga 1903. Karya utamanya adalah Grunsatze der volks wirtscbaftslebre (1871). Dalam buku tersebut Menger mengembangkan teori utilitas Marjinal, yang kemudian membawa pengaruh yang sangat besar dalam pengembangan teori-teori ekonomi.
Pada tahun 1903 kedudukannya digantikan oleh Friedrich von wieser (1851 1920). Wieser dipandang sangat berjsa dalam mengembangkan lebih lanjut teori untilitaas marjinal Menger, dengan menambahkan formulasi biaya-biaya opurtunitas (oppurtunity costs).
Kedudukan Wierser kemudian digantikan pula oleh Eugen von Bohm-Bawerk (1851-1914). Kontribusi utama Eugen von Bohm-Bawerk adalah dalam pengembangan teori tentang modal (theory of capital) dan teori tentang tingkat suku bunga. Hal ini dapat diikuti dalam bukunya capital and interests (1884).
Teori-teori yang dikembangkan oleh tiga tokoh utama aliran Austria di atas kemudian diikuti dan dikembangkan lebih lanjut oleh tokoh-tokoh lainnya, seperti Knut Wicksell, Von Mises, F.A. Hayek, dan J.R. Hicks.

ü  Mazhab Lausanne
Ø  Leon Walras, Walras dapat dianggap sebagai pendiri aliran atau mazhab Lausanne (Laosanne School of Economic), sebab sewaktu skolah Lausanne didirikan tahun 1870, ia yang memegang jabatan sebagai ketua ekonomi. Jabatan tersebut dipangkunya dari tahun 1870 hingga 1892. Karyanya Element of Pure Economic (1878) dianggap sebagai suatu maha karya dalam bidang ekonomi. Dalam bukunya tersebut, Walras menjelaskan teori keseimbangan umum dengan pendekatan matematis.
Ø  Vilfredo pareto, sewaktu meninggalnya Walras, kedudukannya di Universitas Lausanne digantikan oleh Vilfredo pareto, menurut Pareto, pengalokasin sejumlah sumber disebut efisien jika lewat suatu re-alokasi tidak ada seorang individu pun dapat memperoleh kesejahteraan tanpa mengurangi kesejahteraan individu lainnya, secara lebih sederhana, suatu pengalokasian sumber-sumber disebut efisien, jika keadaan atau kondisi yang dicapai secara jelas dan pasti tidak bisa dibuat lebih baik lagi. Apa yang disampaikan oleh Pareto tersebut kemudian lebih dikenal sebagai Hukum Pareto ( Pareto’s Law).

ü  Mazhab Cambridge
Dari sekian banyak tokoh Noe-Klasik, yang dianggap sebagai tokoh paling utama adalah Alfried Marshall, (1842-1924). Kalau Menger dianggap sebagai pelopor aliran Austria, dan Walras dianggap sebagai pelopor Lausanne, maka Marshell dianggap sebagai pelopor aliran atau mazhab Cambridge (Cambridge School of Economic) di inggris.
Marshall dianggap sangat berjasa dalam memperbaharui asa dan postulat pandangan-pandangan ekonomi yang dikemukakan pakar klasik dan pakar neoklasik sebelumnya. Menurut kaum klasik, harga barang ditentukan oleh besarnya pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut. Dengan demikian bagi kaum klasik yang menentukan harga adalah sisi penawaran. Pendapat klasik tersebut ditentang oleh tokoh-tokoh neoklasik lain seperti, Jevons, Menger, dan Walras. Mereka sepakat bahwa yang menentukan harga adalah kondisi permintaan.
Jevons, Menger, dan Walras secara bersama-sama telah mengembangkan analisis yang sifatnya revolusioner tentang Faktor-faktor yang menentukan harga relatif. Semuanya tidak setuju dengan teori nilai biaya produksi (Cos of Production theory of value) dari kaum klasik, sebab teori ini tidak berlaku secara umum, mereka juga secara tegas mengkritik teori nilai upah buruh (labor theory of value) Ricardo serta teori biaya produksi dari Senior dan Mill yang mengatakan bahwa harga barang ditentukan oleh Biaya-biaya yang diperlukan untuk menghasilkan barang tersebut.
Pakar neoklasik diatas lebih jauh mengkritik pakar-pakar klasik yang gagal membedakan antar Utilitas total (total utility), Utilitas marjinal (marginal utility), dan utilitas rata-rata (average utility). Misalnya dalam menjelaskan paradox antara intan dan air, smith menjelaskan bahwa air sangat berfaedah tetapi mempunyai harga yang sangat rendah, karena biaya yang diperlukan untuk memperoleh air kecil atau tidak ada sama sekali. Sebaliknya intan, intan yang kurang berfaedah bagi manusia tetapi nilainya sangat tinggi, karena diperlukan biaya yang sangat tinggi untuk memperoleh intan tersebut. Menurut kaum neoklasik, nilai atau harga intan lebih tinggi dari harga air bukan karena biaya untuk mendapatkan intan lebih besar dari pada untuk  mendapatkan air, melainkan karena utilitas marjinal ( utilitas dari pengkonsumsian satu unit intan) yang besar. Karena itu orang mau menghargai intan lebih tinggi dari pada air.

D.    DAMPAK PEMIKIRAN EKONOMI NEO_KLASIK
Sistem perekonomian di Indonesia saat ini harus dikembalikan pada sistem ekonomi Pancasila atau kerakyatan, karena selama ini yang digunakan adalah sistem perekonomian pasar bebas yang berakibat kegagalan bagi masyarakat.
Prof Purbayu Budi Santosa mengemukakan hal itu seusai upacara pengukuhan guru besar Fakultas Ekonomi di Gedung Prof Sudarto Undip Tembalang, Kamis kemarin. Menurut dia, sistem perekonomian pasar bebas saat ini merupakan dampak dari penerapan aliran ekonomi neoklasik. Di Amerika Serikat saja, lanjut dia, aliran ini mendapat banyak kritikan, apalagi di Indonesia yang dalam penerapannya terjadi banyak kegagalan seperti pengangguran dan ketimpangan kesejahteraan.
“Selain itu, dalam praktinya pun sistem ini telah menghalalkan segala cara tanpa mempertimbangkan aspek moral,” tandasnya.
Dia menambahkan, penerapan sistem ekonomi bebas ternyata melahirkan dampak-dampak negatif, seperti ketimpangan sosial dan pengangguran, karena pencapaiannya hanya mengandalkan efisiensi tanpa mempertimbangkan etika dan moral.
Prof Purbayu menyampaikan pidato guru besarnya dengan judul “Kegagalan Aliran Ekonomi Neo-Klasik dan Relevansi Aliran Ekonomi Kelembagaan dalam Ranah Kajian Ilmu Ekonomi.”
Selain mengukuhkan Prof Purbayu sebagai guru besar ke-166, Rektor Prof Dr dr Susilo Wibowo MSMed SpAnd juga mengangkat dua guru besar lainnya. Yakni Prof M Syafruddin dari Fakultas Ekonomi sebagai guru besar ke-165 dan Prof Ambariyanto dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan sebagai guru besar yang ke-167.
Syafruddin juga menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Peran Akuntansi dalam Proses Reformasi Birokrasi di Indonesia.” Menurut dia, reformasi birokrasi di Indonesia selama ini masih setengah hati, terutama pelayanan administrasi yang baik dan memuaskan bagi masyarakat.
”Akuntansi selama ini hanya dipahami sebagai angka-angka, padahal di balik angka-angka itu ada sesuatu yang penting terkait sistem birokrasi,” tuturnya.
Sementara itu, Prof Ambarianto membawakan pidato”Kebijakan Pengelolaan Organisme Laut Dilindungi: Kasus Kerang Raksasa.” Dia lebih memfokuskan pada kebijakan pengelolaan organisme laut yang dilindungi, terutama terkait spesies kerang raksasa. 

E.     KESIMPULAN
Perubahan ekonomi disuatu Negara berbeda-beda tergantung dari tingkat pendapatan perkapital suatu Negara tersebut dan tergantung dari beberapa besar pendapatan atau penghasilan dari penduduknya. Jika pendapatan Negara itu tinggi, maka pertumbuhan ekonominya juga cepat. Tetapi sebaliknya, jika pendapatan Negara itu dibawah rata-rata, maka pertumbuhan ekonominya juga rendah. Beberapa ahli ekonomi mengemukakan perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan persepsi yang berbeda-beda,
Kriteria untuk mengukur manfaat dan relevansi ilmu ekonomi dan ilmu-ilmu sosial lain di Indonesia adalah ketepatan ilmu-ilmu sosial tersebut jika dipakai untuk menganalisis masalah rendahnya kesejahteraan rata-rata orang Indonesia. Jika dilaporkan bahwa gaji rata-rata pegawai negeri di Indonesia termasuk dosen-dosen  PTN hanya 1/20 kali rekan-rekannya di Malaysia, maka ilmu ekonomi harus mampu menyarankan kebijakan ekonomi yang dapat menaikkankemakmuran atau kesejahteraan rata-rata bangsa Indonesia.
Bahwa kebanyakan pakar ekonomi Indonesia masih lebih percaya pada kemampuan pakar-pakar ekonomi asing misalnya dengan mengundang pakar-pakar ekonomi IMF, hanya memperkuat kesimpulan umum bahwa rasa percaya diri pakar-pakar ekonomi kita memang rendah, dan ini pada gilirannya disebabkan kurang seriusnya pengajaran ekonomi di perguruan-perguruan tinggi kita. Untuk itulah diperlukan pengajaran ilmu ekonomi yang dikembangkan berdasar ajaran-ajaran ekonomi kelembagaan Indonesia, dengan sejauh mungkin memanfaatkan pendekatan-pendekatan induktif-empirik yang dilakukan sendiri oleh dosen-dosen Indonesia.
















DAFTAR PUSTAKA

v  Ruang lingkup dan tujuan instruksional. www.scribd.com/doo/2/B
v  ana.ekonomi.blogspot.com/2010/07/sejarah pemikiran ekonomi_ekonomi_praklasik.html
v  Deliarnov, edisi revisi,perkembangan pemikiran ekkonomi, PT. gajahGrafindo persada JAKARTA.














Tidak ada komentar: