Bismillahirrahmanirrahim.............
Pembahasan
PENDAHULUAN
Pemikiran-pemikiran
ekonomi yang berkembang saat ini telah mengalami suatu proses yang panjang,
perkembangannya berlangsung berabad-abad seiring dengan munculnya batu,
perunggu, dan besi. Kemudian semakin berkembang sejak ditemukannya pada radaban
india kuno, Mesri kuno, dan Babylonia. Sedangkan barat lebih cenderung pada
pradaban yunani kuno yang kaya akan peninggalan dari kaum inteleknya.
Perkembangan
dimulai dari masa Pra-Klasik diantaranya masa yunani kuno, Sekolastik hingga
Fisiokrat. Dalam pembahasan kali ini akan difokuskan pada pembahasan pemikiran
ekonomi Neo-Klasik, dimana tokoh yang terkenal pada masa Neo-Klasik diantaranya
adalah W.Stanly Jevons (1835-1885), Leon Walras (1837-1910), Carl Menger
(1840-1921), Dan Alfred Marshall (1842-1924).
Para
pakar neoklasik membahas ramalan Marx menggunakan konsep analisis marjinal
(Marginal Analisis) atau marjinal Revolution. Pada intinya konsep ini merupakan
pengaplikasian kalkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen dan
produsen, serta penentuan harga-harga di pasar.
Teori
ini telah lama digunakan dan dikembangkan Heinrich Gossen (1810-1885) dalam
menjelaskan kepuasan (utility)dari pengkonsumsian jenis barang. Menurutnya
kepuasan marjinal (marginal Utility) dari pengkonsumsian suatu semacam barang akan
semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak,’’(Hukum Gossen
I)’’. dalam hokum Gossen II, menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang
tersedia serlalu terbatas secara relatif untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang
relatif tidak terbatas adanya.
A.
RUANG
LINGKUP PEMIKIRAN EKONOMI NEO-KLASIK
Pada
tahun 1870-an telah terjadi pergeseran dalam teori pembangunan ekonomi.
Pergeseran ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang peranannya begitu
dominan dalam pencariaan dan penemuan sumber-sumber produksi baru, serta
kemampuannya dalam mengembangkan lebih lanjut sumber-sumber produksi baru itu.
Aliran teori pembangunan ekonomi baru ini kemudian dikena sebagai madzab teori
pembangunan ekonomi Neo-Klasik.
Kemunculan
madzhab teori pembangunan ekonomi Neo-Klasik tidak terlepas dari banyaknya
kritik dari pakar ekonomi terhadap teori-teori yang dikembangkan oleh Karl Marx
dan Angels, baik dari kaum sosialis sendiri maupun dari pendukung mazhab
kapitalisme. Hal ini terjadi karena analisis yang dipergunakan oleh karl Marx
untuk meramal kejatuhan sistem kapitalis bertitik tolak dari teori nilai tenaga
kerja dan tingkat upah, maka oleh para pakar ekonomi Neo-Klasik teori-teori
tersebut dipelajari secara mendalam.
Dari
sekian banyak para pakar eknomi Neo-Klasik masing-masing mempunyai pencirinya
sendiri-sendiri, khususnya dalam cara hal pandang, fokus kajian,dan kerangka
analisisnya. Semua itu terlihat jelas dan tertuang dalam karya-karyanya. Dengan
pencirinya itu, kemudian oleh banyak kalangan dikelompokkan kedalam beberapa
aliran atau mazhab.
Pertama,
Mazhab Autria, mereka yang tergabung
dalam mazhab ini adalah tokoh-tokoh pemikiran ekonomi handal seperti Carl
Menger (1840-1921), Friedrich von
Weiser (1851-1920), dan Eugen Von
Bohm Bawerk (1851-1914). Teori-teori yang dikembangkan oleh ketiga tokoh
utama mazhab ini memiliki pencirinya sendiri dengan menerapkan kalkulus sebagai
peralatan utamanya. Kelompok penerus mazhab ini adalah Knut Wicksell (1851-1926).. Ludwig
Edler von mises (1881-1973), dan friedrich
August von Hayek (1899-1978).
Kedua,Mazhab
Lausan ne, teori-teori yang
dikembangkan oleh kelompok ini analisisnya lebih komprehensif, utamanya tentang
teori keseimbangan umum yang dijelaskan dengan pendekatan matematis. Tokoh
pemikir utama yang dianggap menonjol dan sekaligus pendiri dari mazhab ini
adalah Leon Warlas. Karya
monumentalnya berjudul Element of Pure Economic yang terbit pada tahun 1878.
Model keseimbangan walras ini ternyata tidak dikembangkan oleh para pakar
ekonomi pada zamannya. Alfred Marshall
adalah sosok ilmuwan dari Cambridge University yang sangat menghargai model
matematika yang menjadikan pemikiran-pemikiran Walras kemudian dihargai. Ia
dianggap sebagai pendiri dan pengembang ilimu ekonomi matematika, dan kira-kira
60 tahun kemudian dikembangkan oleh friedrich dan tinberge menjadi
ekonometrika, dan oleh Wassily Leontief
kemudian dikembangkan analisis input-output atas dasar matematika yang
dikembangkan walras. Pemikiran-pemikiran walras ini kemudian diteruskan dan
dikembangkan oleh vilfredo Pareto. Terutama dalam menjelaskan kondisi-kondisi
yang harus dipenuhi agar sumberdaya-sumberdaya dapat dialokasikan dan
memberikan hasil yang optimum dalam suatu model keseimbangan umum.
Ketiga,
Madzab Cambridge, tokoh pemikir
ekonomi yang menonjol karya-karyanya dalam kelompok mazhab ini adalah Alfred
Marshall. Sebagaimana diuraikan oleh marshall dalam bukunya, harga barang
menurut kaum klasik ditentukan oleh besarnya pengorbanan untuk menghasilkan
barang tersebut. Dengan demikian, yang menetukan harga adalah sisi penawaran.
Pendapat ini dengan tegas ditentang oleh
kelompok Neo-Klasik lain seperti Jevon, Menger dan Walras. Mereka sepakat bahwa
yang menentukan harga adalah konsidi permintaan. Mereka juga mengkritik para
pakar ekonomi klasik yang gagal membedakan antara utilitas total, utilitas
Marjinal,dan utilitas rata-rata.
Bagi
Jevons, Menger dan Walras13 biaya bukan satu-satunya faktor yang
menentukan harga. Yang paling menentukan harga, sesuai dengan teori utilitas
marjinal adalah utilitas yang diterima dari mengkonsumsi satu unit terakhir
dari barang tersebut. Ini berarti, teori tentang harga yang dikembangkan oleh
kaum marjinalis sangat berbeda dengan teori yang dikembangkan oleh kaum klasik.
Kaum klasik melihat harga dari sisi produsen (jumlah pengorbanan yang
dikeluarkan), sedangkan kaum marjinalis melihat dari sisi konsumen, yaitu
kepuasan marjinal dari mengkonsumsi satu unit barang terakhir. Para pakar
ekonomi Neo-Klasik sebagaimana disebutkan diatas dalam menganalisis ramalan
Karl Marx mempergunakan konsep analisis marjinal. Analisis dengan konsep ini
memiliki makna khusus bagi pengembangan ilmu ekonomi, sebab hasil penelitian mereka telah menciptakan aura baru bagi pengembangan
teori ekonomi modren. Beberapa penulis ekonomi menyebut apa yang sudah
dilakukan oleh pakar ekonomi Neo-Klasik tersebut sebagai Marginal Revolution, karena telah ditemukan suatu analisis baru
yaitu pendekatan marjinal. Analisis ini pada intinya merupakan aplikasi dari
kalkulus differensial terhadap tingkah laku konsumen dan produsen serta
penentuan harga-harga di pasar.
Kemudian,
dalam teori ekonomi Neo-Klasik dipelajari tingkat bunga, yaitu harga modal yang
menghubungkan nilai pada saat ini dan saat yang akan datang. Teori Ekonomi
Neo-Klasik mengenai perkembangan ekonomi menganggap: 1) akumulasi modal
merupaka faktor penting dalam perkembangan ekonomi. 2) Perkembangan itu
merupakan proses yang gradual, 3) Perkembangan merupakan proses yang harmonis
dan kumulatif, 4) aliran ekonomi Neo Klasik optimis terhadap perkembangan
ekonomi, dan 5) adanya aspek international dalam perkembangan tersebut.
Dalam
perspektif teori ekonomi Neo-Klasik, akumulasi modal berkaitan dengan tingkat
bunga dan tingkat pendapatan. Dengan tingkat bunga yang rendah, maka akan
menentukan tingginya tingkat investasi dan mendorong aktivitas ekonomi
produktif meningkat, yang pada gilitannya akan mampu meningkatkan pendapatan.
Dengan demikian jika tingkat bunga
rendah maka investasi akan tinggi dan pendapatan meningkat, dan begitu juga
sebaliknya. Perkembangan ekonomi yang demikian berproses secara gradual dan
berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan pandangan Alfred Marshall, bahwa
perekonomian itu merupakan sebuah kehidupan organik yang
tumbuh dan berkembang perlahan-lahan sebagi proses yang gradual.
Dari
perspektif yang lain, teori ekonomi
Neo-Klasik optimis bahwa perkembangan ekonomi tidak akan berhenti karena
terbatasnya sumberdaya alam. Teori ini menyakini ada kemampuan manusia untuk
mengatasi terbatasnya pertumbuhan itu, sehingga berbeda dengan pandangan teori ekonomi klasik bahwa pertumbuhan
ekonomi akan terhenti karena terbatasnya sumber daya alam.
Bagaimanapun
perkembangan ekonomi suatu negara tidak
terlepas dari pengaruh dunia international. Hal ini dapat dijelaskan melalui
lima aspek yang mempengaruhi tingkat
perkembangan ekonomi suatu negara: 1) mula-mula negara itu meminjam modal, yang
selanjutnya disebut dengan debitur kurang mapan, 2) kemudian,negara itu dapat
meningkatkan pendapatan nasionalnya dan dapat membayar dividend dan bunga atas
pinjaman tersebut, 3) setelah pendapatan nasional negara itu meningkat maka
sebagian dari pendapatannya digunakan untuk melunasi utang dan sebagian lagi
dipinjamkan ke negara lain yang membutuhkan. Negara ini berada dalam tingkat
debitur yang sudah mapan, 4) Kemudian negara itu mengalami surplus kerena telah
dapat menerima dividend dan bunga yang lebih besar dari pada beban bunga yang
harus ditanggung atau dibayarkan, dan 5) akhirnya negara tersebut menjadi
kreditur mapan karena telah menerima dividend dan bungan dari negara lain.
B.
SEJARAH
PEMIKIRAN EKONOMI NEO-KLASIK
PERINTIS
DARI ANALISIS MARGINAL
Mazhab
neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun
dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi dilandaskan pada nilai tenaga kerja
atau biaya produksi, tetapi telah berali pada kepuasan marginal (Marginal
utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
Salah
satu pendiri mazhab ekonomi neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberi sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang
kemudian disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan
hubungan kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh,
sedangkan Hukum gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya
untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya. Salain Gossen, Jevons, dan
Menger juga mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons
berpendapat bahwa prilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai
barang. Dan perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan
Menger menjelaskan teori nilai dari orde
dari berbagai jenis barang, menerut dia nilai suatu barang ditentukan oleh
tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini
maka tercakup skaligus teori distribusi.
Pemikiran
yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan
umum melalui empat system perkembangan yang serempak. Dalam teori sistem itu
terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seprti teori produksi,
konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah persaingan
sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan teknologi
produksi dan selera konsuman tetap. Jika terjadi perubahan dalam asumsi ini
maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi
TEORI
PRODUKTIFITAS MARJINAL
Dasar
pemikiran mazhab neoklasik pada generasi kedua lebih akuransi dan tejam karena
bila dibandingkan dengan pemikiran ekonomi pada kelompok generasi pertama
neoklasik. Hal ini dapat terjadi karena pemikiran generasi kedua menjabarkan
lebih lanjut prilaku variable-variabel ekonomi yang sudah dibahas sebelumnya.
Lingkupan telah berkembang dari produksi, konsumsi, dan distribusi yang lebih
umum beralih pada penjelasan yang lebih tajam.
Pertentangan
pemikiran antara para ahli neoklasik seperti J.B. Clark dapat menjadi sumber
inspirasi dari perkembangan ilmu ekonomi dalam menjelaskan teori distribusi
fungsional, ditafsirkan oleh J.B Clark mempunyai nilai etik, yang secara
langsung membantah teori eksploisasi. Dengan teori produktivitas marjinal, upah
tenaga kerja, laba serta lahan dan bunga ditetapkan dengan objektif dan adil.
Penggunaan
pendekatan matematis dalam analisis ekonomi terutama dalam fungsi produksi
semakin teknis, dan dengan penggunaan asumsi-asumsi yang dialaminya juga
bertambah seperti dalam kondisi skala tetap, meningkat atau menurun. Hal ini
dikaitkan pula dengan bentuk kurva ongkos rata-rata, oleh Wicksell. Hal ini
merupakan sumbangan besar dalam pembahasan ongkos perusahaan dan industri. Pada
saat kurva ongkos rata-rata menurun, sebenarnya pada fungsi produksi terjadi
proses increasing returns, dan pada saat kurva ongkos naik, pada kurva produksi
terjadi keadaan decreasing returns. Selanjutnya, pada saat ongkos rata-rata
sampai pada titik minimum, pada fungsi produksi berlaku asumsi constant return
to scale.
Pemikiran
lain yang menjadi sumber kontroversi seperti pandangan Bohm Bawerk telah
menimbulkan kontroversi pula tentang hubungan antara modal dan bunga.
Kontroversi ini pun timbul dari pandangan J.B. Clark. Clark mempunyai pendapat
bahwa barang-barang sekarang mempunyai nilai lebih tinggi daripada masa depan,
karena itu timbullah bunga. Tetapi, bunga juga dipengaruhi oleh produktivitas
melalui keunggulan teknik. Bohm Bawerk memberikan adanya premium atau agio,
karena kebutuhan sekarang lebih tinggi daripada masa datang. Tetapi, Fisher
melihat dari arus pendapatan masa depan perlu dinilai sekarang, yang
dipengaruhi oleh kekuatan subjektif dan objektif. Fisher menjelaskan pula
terjadinya bunga melalui permintaan dan penawaran terhadap tabungan dan
investasi. Fisher memberi sumbangan pula pada tingkat bunga. Tingkat bunga
merupakan marginal rate of return over cost.
PEMIKIRAN
MARSHALL SEBAGAI BAPAK EKONOMI NEO-KLASIK
Sumbangan
yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan
sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik.
Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat
bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi
merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti
pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka
digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur
waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat
pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal
terselip asumsi lain, yakin kepuasan marjinal uang yang tetap. Pemikiran Alfred
Marshall mahir dalam menggunakan peralatan matematika ke dalam analisis
ekonomi. Dia memahami, bahwa untuk memudahkan pembaca, maka catatan-catatan
matematikanya diletakkan pada bagian catatan kaki dan pada lampiran bukunya.
Pembahasannya tentang kepuasan marjinal telah mulai sebelum 1870, sebelum buku
Jevons terbit, tetapi karena orangnya sangat teliti dan modes, dia tidak mau
cepat-cepat menerbitkan bukunya.
Dalam
pembahasan sisi permintaan, marshall telah menghitung koefisien barang yang
diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat
sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua
masalah yang belum mendapat dalam hal sisi permintaan, yakni aspek barang
pengganti dan efek pendapatan. Robert Giffen telah dapat membantu penyelesaian
kaitan konsumsi dan pendapatan dengan permintaannya terhadap barang-barang,
sehingga ditemukan Giffen Paradox. Peranan subtitusi kemudian diselsaikan oleh
slurtky. Marshall menemukan surplus konsumen. Pengertian ini dikaitkan pula
dengan welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja
lebih kecil daripada kemampuannya membeli. Jika itu terjadi maka terjadi
surplus konsumen. Selama pajak yang dikenakan pada konsumen lebih kecil
daripada surplusnya itu, maka kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga
dapat digunakan untuk subsidi, terutama bagi industri-industri yang struktur
ongkosnya telah meningkat. Marshall menjelaskan pula mengapa kurva ongkos total
rata-rata menurun dan meningkat. Hal ini berkaitan dengan factor internal dan
eksternal perusahaan. Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan
ketidakstabilan, karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi
seimbang ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi titik
keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan
dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika variabel kuantitas independen, terjadi
kestabilan, tetapi jika berubah harga menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak
stabil.
C.
TOKOH
PEMIKIRAN EKONOMI NEO-KLASIK
ü Tiga tokoh utama Mazahab Austria
Karl Menger
(1840-1921) menjabat sebagai professor ekonomi di Universitas Wina dari tahun
1873 hingga 1903. Karya utamanya adalah Grunsatze
der volks wirtscbaftslebre (1871). Dalam buku tersebut Menger mengembangkan
teori utilitas Marjinal, yang kemudian membawa pengaruh yang sangat besar dalam
pengembangan teori-teori ekonomi.
Pada
tahun 1903 kedudukannya digantikan oleh Friedrich
von wieser (1851 1920). Wieser dipandang sangat berjsa dalam mengembangkan
lebih lanjut teori untilitaas marjinal Menger, dengan menambahkan formulasi
biaya-biaya opurtunitas (oppurtunity
costs).
Kedudukan
Wierser kemudian digantikan pula oleh
Eugen von Bohm-Bawerk (1851-1914).
Kontribusi utama Eugen von Bohm-Bawerk
adalah dalam pengembangan teori tentang modal (theory of capital) dan teori tentang tingkat suku bunga. Hal ini
dapat diikuti dalam bukunya capital and
interests (1884).
Teori-teori
yang dikembangkan oleh tiga tokoh utama aliran Austria di atas kemudian diikuti
dan dikembangkan lebih lanjut oleh tokoh-tokoh lainnya, seperti Knut Wicksell, Von Mises, F.A. Hayek, dan
J.R. Hicks.
ü Mazhab Lausanne
Ø Leon Walras,
Walras dapat dianggap sebagai pendiri aliran atau mazhab Lausanne (Laosanne School of Economic), sebab
sewaktu skolah Lausanne didirikan tahun 1870, ia yang memegang jabatan sebagai
ketua ekonomi. Jabatan tersebut dipangkunya dari tahun 1870 hingga 1892.
Karyanya Element of Pure Economic (1878)
dianggap sebagai suatu maha karya dalam bidang ekonomi. Dalam bukunya tersebut,
Walras menjelaskan teori keseimbangan umum dengan pendekatan matematis.
Ø Vilfredo pareto, sewaktu
meninggalnya Walras, kedudukannya di Universitas Lausanne digantikan oleh Vilfredo pareto, menurut Pareto,
pengalokasin sejumlah sumber disebut efisien jika lewat suatu re-alokasi tidak
ada seorang individu pun dapat memperoleh kesejahteraan tanpa mengurangi
kesejahteraan individu lainnya, secara lebih sederhana, suatu pengalokasian
sumber-sumber disebut efisien, jika keadaan atau kondisi yang dicapai secara
jelas dan pasti tidak bisa dibuat lebih baik lagi. Apa yang disampaikan oleh
Pareto tersebut kemudian lebih dikenal sebagai Hukum Pareto ( Pareto’s Law).
ü Mazhab Cambridge
Dari
sekian banyak tokoh Noe-Klasik, yang dianggap sebagai tokoh paling utama adalah
Alfried Marshall, (1842-1924). Kalau
Menger dianggap sebagai pelopor aliran Austria, dan Walras dianggap sebagai
pelopor Lausanne, maka Marshell dianggap sebagai pelopor aliran atau mazhab
Cambridge (Cambridge School of Economic)
di inggris.
Marshall
dianggap sangat berjasa dalam memperbaharui asa dan postulat
pandangan-pandangan ekonomi yang dikemukakan pakar klasik dan pakar neoklasik
sebelumnya. Menurut kaum klasik, harga barang ditentukan oleh besarnya
pengorbanan untuk menghasilkan barang tersebut. Dengan demikian bagi kaum
klasik yang menentukan harga adalah sisi penawaran. Pendapat klasik tersebut
ditentang oleh tokoh-tokoh neoklasik lain seperti, Jevons, Menger, dan Walras.
Mereka sepakat bahwa yang menentukan harga adalah kondisi permintaan.
Jevons,
Menger, dan Walras secara bersama-sama telah mengembangkan analisis yang
sifatnya revolusioner tentang Faktor-faktor yang menentukan harga relatif.
Semuanya tidak setuju dengan teori nilai biaya produksi (Cos of Production theory of value) dari kaum klasik, sebab teori
ini tidak berlaku secara umum, mereka juga secara tegas mengkritik teori nilai
upah buruh (labor theory of value)
Ricardo serta teori biaya produksi dari Senior dan Mill yang mengatakan bahwa
harga barang ditentukan oleh Biaya-biaya yang diperlukan untuk menghasilkan
barang tersebut.
Pakar
neoklasik diatas lebih jauh mengkritik pakar-pakar klasik yang gagal membedakan
antar Utilitas total (total utility),
Utilitas marjinal (marginal utility),
dan utilitas rata-rata (average utility).
Misalnya dalam menjelaskan paradox antara intan dan air, smith menjelaskan
bahwa air sangat berfaedah tetapi mempunyai harga yang sangat rendah, karena
biaya yang diperlukan untuk memperoleh air kecil atau tidak ada sama sekali.
Sebaliknya intan, intan yang kurang berfaedah bagi manusia tetapi nilainya
sangat tinggi, karena diperlukan biaya yang sangat tinggi untuk memperoleh
intan tersebut. Menurut kaum neoklasik, nilai atau harga intan lebih tinggi
dari harga air bukan karena biaya untuk mendapatkan intan lebih besar dari pada
untuk mendapatkan air, melainkan karena
utilitas marjinal ( utilitas dari pengkonsumsian satu unit intan) yang besar.
Karena itu orang mau menghargai intan lebih tinggi dari pada air.
D.
DAMPAK
PEMIKIRAN EKONOMI NEO_KLASIK
Sistem
perekonomian di Indonesia saat ini harus dikembalikan pada sistem ekonomi
Pancasila atau kerakyatan, karena selama ini yang digunakan adalah sistem
perekonomian pasar bebas yang berakibat kegagalan bagi masyarakat.
Prof Purbayu
Budi Santosa mengemukakan hal itu seusai upacara pengukuhan guru besar Fakultas
Ekonomi di Gedung Prof Sudarto Undip Tembalang, Kamis kemarin. Menurut
dia, sistem perekonomian pasar bebas saat ini merupakan dampak dari penerapan
aliran ekonomi neoklasik. Di Amerika Serikat saja, lanjut dia, aliran ini
mendapat banyak kritikan, apalagi di Indonesia yang dalam penerapannya terjadi
banyak kegagalan seperti pengangguran dan ketimpangan kesejahteraan.
“Selain itu, dalam praktinya pun sistem ini telah menghalalkan segala cara
tanpa mempertimbangkan aspek moral,” tandasnya.
Dia
menambahkan, penerapan sistem ekonomi bebas ternyata melahirkan dampak-dampak
negatif, seperti ketimpangan sosial dan pengangguran, karena pencapaiannya
hanya mengandalkan efisiensi tanpa mempertimbangkan etika dan moral.
Prof Purbayu menyampaikan pidato guru besarnya dengan judul “Kegagalan
Aliran Ekonomi Neo-Klasik dan Relevansi Aliran Ekonomi Kelembagaan dalam Ranah
Kajian Ilmu Ekonomi.”
Selain mengukuhkan Prof Purbayu sebagai guru besar ke-166, Rektor Prof Dr dr Susilo Wibowo MSMed SpAnd juga mengangkat dua guru besar lainnya. Yakni Prof M Syafruddin dari Fakultas Ekonomi sebagai guru besar ke-165 dan Prof Ambariyanto dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan sebagai guru besar yang ke-167.
Selain mengukuhkan Prof Purbayu sebagai guru besar ke-166, Rektor Prof Dr dr Susilo Wibowo MSMed SpAnd juga mengangkat dua guru besar lainnya. Yakni Prof M Syafruddin dari Fakultas Ekonomi sebagai guru besar ke-165 dan Prof Ambariyanto dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan sebagai guru besar yang ke-167.
Syafruddin juga menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Peran Akuntansi
dalam Proses Reformasi Birokrasi di Indonesia.” Menurut dia, reformasi
birokrasi di Indonesia selama ini masih setengah hati, terutama pelayanan
administrasi yang baik dan memuaskan bagi masyarakat.
”Akuntansi
selama ini hanya dipahami sebagai angka-angka, padahal di balik angka-angka itu
ada sesuatu yang penting terkait sistem birokrasi,” tuturnya.
Sementara itu, Prof Ambarianto membawakan pidato”Kebijakan Pengelolaan
Organisme Laut Dilindungi: Kasus Kerang Raksasa.” Dia lebih
memfokuskan pada kebijakan pengelolaan organisme laut yang dilindungi, terutama
terkait spesies kerang raksasa.
E. KESIMPULAN
Perubahan
ekonomi disuatu Negara berbeda-beda tergantung dari tingkat pendapatan
perkapital suatu Negara tersebut dan tergantung dari beberapa besar pendapatan
atau penghasilan dari penduduknya. Jika pendapatan Negara itu tinggi, maka
pertumbuhan ekonominya juga cepat. Tetapi sebaliknya, jika pendapatan Negara
itu dibawah rata-rata, maka pertumbuhan ekonominya juga rendah. Beberapa ahli
ekonomi mengemukakan perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan persepsi yang
berbeda-beda,
Kriteria untuk
mengukur manfaat dan relevansi ilmu ekonomi dan ilmu-ilmu sosial lain di
Indonesia adalah ketepatan ilmu-ilmu sosial tersebut jika dipakai untuk
menganalisis masalah rendahnya kesejahteraan rata-rata orang
Indonesia. Jika dilaporkan bahwa
gaji rata-rata pegawai negeri di Indonesia termasuk dosen-dosen PTN
hanya 1/20 kali rekan-rekannya di Malaysia, maka ilmu ekonomi harus mampu
menyarankan kebijakan ekonomi yang dapat menaikkankemakmuran atau kesejahteraan rata-rata
bangsa Indonesia.
Bahwa
kebanyakan pakar ekonomi Indonesia masih lebih percaya pada kemampuan
pakar-pakar ekonomi asing misalnya dengan mengundang pakar-pakar ekonomi IMF,
hanya memperkuat kesimpulan umum bahwa rasa percaya diri pakar-pakar ekonomi
kita memang rendah, dan ini pada gilirannya disebabkan kurang seriusnya
pengajaran ekonomi di perguruan-perguruan tinggi kita. Untuk itulah diperlukan
pengajaran ilmu ekonomi yang dikembangkan berdasar ajaran-ajaran ekonomi
kelembagaan Indonesia, dengan sejauh mungkin memanfaatkan
pendekatan-pendekatan induktif-empirik yang dilakukan sendiri
oleh dosen-dosen Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
v ana.ekonomi.blogspot.com/2010/07/sejarah
pemikiran ekonomi_ekonomi_praklasik.html
v Deliarnov,
edisi revisi,perkembangan pemikiran
ekkonomi, PT. gajahGrafindo persada JAKARTA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar