Sejarah
Pemikiran Ekonomi Praklasik, Klasik, Sosialis dan Neoklasik
Sejarah
Pemikiran Ekonomi Kaum Perintis Sosialis
1.
Konsep-konsep ekonomi dari kaum perintis
ditemukan terutama dalam ajaran-ajaran agama, kaidah-kaidah hukum, etika atau
aturan-aturan moral. Misalnya dalam kitab Hammurabi dari Babilonia tahun 1700
sM, masyarakat Yunani telah menjelaskan tentang rincian petunjuk-petunjuk
tentang cara-cara berekonomi.
2.
Plato hidup pada abad keempat sebelum
Masehi mencerminkan pola pikir tradisi kaum ningrat. Ia memandang rendah
terhadap para pekerja kasar dan mereka yang mengejar kekayaan. Plato menyadari
bahwa produksi merupakan basis suatu negara dan penganekaragaman
(diversivikasi) pekerjaan dalam masyarakat merupakan keharusan, karena tidak
seorang pun yang dapat memenuhi sendiri berbagai kebutuhannya. Inilah awal
dasar pemikiran Prinsip Spesialisasi kemudian dikembangkan oleh Adam Smith.
3.
Aristoteles merupakan tokoh pemikir ulung
yang sangat tajam, dan menjadi dasar analisis ilmuwan modern sebab analisisnya
berpangkal dari data. Konsep pemikiran ekonominya didasarkan pada konsep
pengelolaan rumah tangga yang baik, melalui tukar-menukar. Aristoteleslah yang
membedakan dua macam nilai barang, yaitu nilai guna dan nilai tukar. Ia menolak
kehadiran uang dan pinjam-meminjam uang dengan bunga, uang hanya sebagai alat
tukar-menukar saja, jika menumpuk kekayaan dengan jalan minta/mengambil riba,
maka uang menjadi mandul atau tidak produktif.
4.
Xenophon seorang prajurit, sejarawan dan
murid Socrates yang mengarang buku Oikonomikus (pengelolaan rumah tangga). Inti
pemikiran Xenophon adalah pertanian dipandang sebagai dasar kesejahteraan
ekonomi, pelayaran dan perniagaan yang dianjurkan untuk dikembangkan oleh
negara, modal patungan dalam usaha, spesialisasi dan pembagian kerja, konsep
perbudakan dan sektor pertambangan menjadi milik bersama.
5.
THOMAS AQUINAS (1225-1274) seorang
filosof dan tokoh pemikir ekonomi pada abad pertengahan, mengemukakan tentang
konsep keadilan yang dibagi dua menjadi keadilan distributife dan keadilan
konvensasi, dengan menegakkan hukum Tuhan maka dalam jual-beli harus dilakukan
dengan harga yang adil (just-price) sedang bunga uang adalah riba. Tetapi
masalah riba, upah yang adil dan harga yang layak ini merupakan masalah yang
terus-menerus diperdebatkan dalam ilmu ekonomi.
Sejarah
Pemikiran Ekonomi Kaum Merkantilis
1.
Merkantilis merupakan model kebijakan
ekonomi dengan campur tangan pemerintah yang dominan, proteksionisme serta
politik kolonial, ditujukan dengan neraca perdagangan luar negeri yang
menguntungkan .
2.
Pemikiran-pemikiran ekonomi lahir pada
kaum merkantilis disebabkan adanya pembagian kerja yang timbul di dalam
masyarakat, pembagian kerja secara teknis dan pembagian kerja teritorial, yang
selanjutnya akan mendorong perdagangan internasional.
3.
Pemikiran ekonomi kaum merkantilis
merupakan suatu kebijakan yang sangat melindungi industri, dalam negeri, tetapi
menganjurkan persaingan, sementara itu terjadi pembatasan-pembatasan yang
terkontrol dalam kegiatan perdagangan luar negeri, kebijakan kependudukan yang
mendorong keluarga dengan banyak anak, kegiatan industri di dalam negeri dengan
tingkat upah yang rendah. Proteksi industri yang menganjurkan persaingan dalam
negeri, dan tingkat upah yang rendah mendorong ekspor.
4.
Teori kuantitas uang didasarkan pada
jumlah uang yang beredar mempengaruhi tingkat bunga dan tingkat harga barang.
Ke luar masuknya logam-logam mulia mempengaruhi tingkat harga di dalam negeri
serta jumlah uang yang beredar, dan kecepatan uang beredar.
5.
Kebijakan ekonomi lebih bersifat makro,
hal ini berhubungan dengan tujuan proteksi industri di dalam negeri, dan
menjaga rencana perdagangan yang menguntungkan, hal ini dilakukan dalam usaha
meningkatkan peranannya dalam perdagangan internasional dan perluasan-perluasan
kolonialisme.
Sejarah
Pemikiran Ekonomi Kaum Pisiokrat
1.
Mazhab Pisiokrat tumbuh sebagai kritik
terhadap pemikiran ekonomi Merkantilis, tokoh pemikir yang paling terkenal pada
mazhab ini adalah Francois Quesnay. Sumbangan pemikiran yang terbesar dalam
perkembangan ilmu ekonomi adalah hukum-hukum alamiah, dan menjelaskan arus
lingkaran ekonomi.
2.
Inti pemikiran utama dalam mazhab
Pisiokrat adalah dituangkan dalam tabel ekonomi yang terdiri dari classe
productive dari kaum petani, classe des froprietaires dari kaum pemilik tanah,
classe sterile atau classe stipendile yang meliputi kaum pedagang dan
industriawan dan classe passieve adalah kaum pekerja.
3.
Pemikiran ekonomi kaum Pisiokrat yang
menonjol dalam perkembangan ilmu ekonomi selain lingkaran arus ekonomi dalam
tabel ekonomi yaitu tentang teori nilai dan harga yang terbagi menjadi tiga
yaitu harga dasar barang-barang, harga penjualan dan harga yang harus dibayar
konsumen. Teori uang yang dikemukakannya adalah sebagai tabir uang (money is
veil) dan perlunya pengenaan pajak untuk kepentingan ekonomi.
4.
Sumbangan pemikiran ahli Pisiokrat lain
yaitu Jaques Turgot mempunyai dua sumbangan utama terhadap pemikiran ekonomi
yakni teori uang sebagai tabir, dan teori fruktifikasi. Teori uang sebagai
tabir yang mempersulit pengamatan fenomena ekonomi. Namun demikian pemikiran
ini merupakan gagasan ke arah menemukan dasar satuan perhitungan yang ia,
tetapi dikemukakan atas transaksi barter dengan nilai alat tukar dapat
berubah-ubah karena jumlahnya.
Sejarah
Pemikiran Ekonomi Kaum Klasik
1.
Filsafat kaum klasik mengenai masyarakat,
prinsipil tidak berbeda dengan filsafat mazhab pisiokrat, kaum klasik
mendasarkan diri pada tindakan-tindakan rasional, dan bertolak dari suatu
metode alamiah. Kaum klasik juga memandang ilmu ekonomi dalam arti luas, dengan
perkataan lain secara normatif.
2.
Politik ekonomi kaum klasik merupakan
politik ekonomi laissez faire. Politik ini menunjukkan diri dalam
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mazhab klasik, dan dengan keseimbangan
yang bersifat otomatis, di mana masyarakat senantiasa secara otomatis akan
mencapai keseimbangan pada tingkat full employment.
3.
Asas pengaturan kehidupam perekonomian
didasarkan pada mekanisme pasar. Teori harga merupakan bagian sentral dari
mazhab klasik, dan mengajarkan bahwa proses produksi dan pembagian pendapatan
ditentukan oleh mekanisme pasar. Dan dengan melalui mekanisme permintaan dan
penawaran itu akan menuju kepada suatu keseimbangan (equilibrium). Jadi dalam
susunan kehidupan ekonomi yang didasarkan atas milik perseorangan, inisiatif
dan perusahaan orang-perorangan.
4.
Ruang lingkup pemikiran ekonomi klasik
meliputi kemerdekaan alamiah, pemikiran pesimistik dan individu serta negara.
Landasan kepentingan pribadi dan kemerdekaan alamiah, mengritik pemikiran
ekonomi sebelumnya, dan kebebasan individulah yang menjadi inti pengembangan
kekayaan bangsa, dengan demikian politik ekonomi klasik pada prinsip laissez
faire.
Pemikiran
Ekonomi Kaum Klasik Adam Smith (1723-1790)
1.
Adam Smith adalah seorang pemikir besar
dan ilmuwan kelahiran Kirkaldy Skotlandia tahun 1723, guru besar dalam ilmu
falsafah di Universitas Edinburgh, perhatiannya bidang logika dan etika, yang
kemudian semakin diarahkan kepada masalah-masalah ekonomi. Ia sering bertukar
pikiran dengan Quesnay dan Turgot dan Voltaire.
2.
Adam Smith adalah pakar utama dan pelopor
dalam mazhab Klasik. Karya besar yang disebut di atas lazim dianggap sebagai
buku standar yang pertama di bidang pemikiran ekonomi gagasannya adalah sistem
ekonomi yang mengoperasionalkan dasar-dasar ekonomi persaingan bebas yang
diatur oleh invisible hand, pemerintah bertugas melindungi rakyat, menegakkan
keadilan dan menyiapkan sarana dan prasarana kelembagaan umum.
3.
Teori nilai yang digunakan Adam Smith
adalah teori biaya produksi, walaupun semula menggunakan teori nilai tenaga
kerja. Barang mempunyai nilai guna dan nilai tukar. Ongkos produksi menentukan
harga relatif barang, sehingga tercipta dua macam harga, yakni harga alamiah
dan harga pasar dalam jangka panjang harga pasar akan cenderung menyamai harga
alamiah, dan dengan teori tersebut timbul konsep paradoks tentang nilai.
4.
Sumber kekayaan bangsa adalah lahan,
tenaga kerja, keterampilan dan modal. Dengan demikian, timbul persoalan
pembagian pendapatan yakni upah untuk pekerja, laba bagi pemilik modal dan sewa
untuk tuan tanah. Tingkat sewa tanah akan meningkat, sedangkan tingkat upah
menurun, dengan asumsi berlaku dana upah, dan lahan lama-kelamaan menjadi
kurang subur, sedangkan persaingan tingkat laba menurun yang akhirnya mencapai
kegiatan ekonomi yang stationer. Smith berpendapat bahwa pembagian kerja sangat
berguna dalam usaha meningkatkan produktivitas. Pembagian kerja akan
mengembangkan spesialisasi. Pertambahan penduduk berarti meningkatkan tenaga
kerja, dalam hal ini meningkatkan permintaan dan perluasan pasar.
Pemikiran
Ekonomi Kaum Klasik: J.B. Say, Malthus dan David Ricardo
1.
Jean Batiste Say adalah seorang pakar
ekonomi kelahiran Perancis yang berasal dari keluarga saudagar dan menjadi
pendukung pemikiran Adam Smith. Say memperbaiki sistem Adam Smith dengan cara
yang lebih sistematis serta logis. Karya Say yaitu theorie des debouchees
(teori tentang pasar dan pemasaran) dan dikenal sebagai Hukum Say (Say’s Law)
yaitu supply creats its oven demand tiap penawaran akan menciptakan
permintaanya sendiri. Menurut Say dalam perekonomian bebas atau liberal tidak
akan terjadi “produksi berlebihan” (over production) yang sifatnya menyeluruh,
begitu juga pengangguran total tidak akan terjadi. Yang mungkin terjadi menurut
Say ialah kelebihan produksi yang sifatnya sektoral dan juga pengangguran yang
sifatnya terbatas (pengangguran friksi).
2.
Thomas Robert Malthus dilahirkan tahun
1766 di Inggris, sepuluh tahun sebelum Adam Smith menerbitkan The Wealth of
Nations dan meninggal tahun 1834. Malthus adalah seorang ilmuwan di bidang
teologi yang kemudian memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah ekonomi
dalam perkembangan masyarakat. Malthus adalah alumnus dari University of
Cambridge, Inggris, tempat ia menyelesaikan pelajaran dalam ilmu matematika dan
ilmu sejarah klasik. Malthus diangkat menjadi Profesor of History and Political
Economy di East India College. Bagian yang paling penting dalam pola dasar
pemikiran Malthus dan kerangka analisisnya ialah menyangkut teori tentang sewa
tanah dan teori tentang penduduk dengan bukunya yang berjudul An Essay on the
Principle of Population. Teori Malthus pada dasarnya sederhana saja. Kelahiran
yang tidak terkontrol menyebabkan penduduk bertambah menurut deret ukur padahal
persediaan bahan makanan bertambah secara deret hitung.
3.
Ricardo adalah seorang Pemikir yang
paling menonjol di antara segenap pakar Mazhab Klasik. Ia sangat terkenal
karena kecermatan berpikir, metode pendekatannya hampir seluruhnya deduktif.
David Ricardo telah mengembangkan pemikiran-pemikiran Adam Smith secara lebih
terjabar dan juga lebih sistematis. Dan pendekatannya teoretis deduktif,
pemikirannya didasarkan atas hipotesis yang dijadikan kerangka acuannya untuk
mengkaji berbagai permasalahan menurut pendekatan logika. Teori yang
dikembangkan oleh Ricardo menyangkut empat kelompok permasalahan yaitu: teori
tentang distribusi pendapatan sebagai pembagian hasil dari seluruh produksi dan
disajikan sebagai teori upah, teori sewa tanah, teori bunga dan laba, teori
tentang nilai dan harga, teori perdagangan internasional dan, teori tentang
akumulasi dan perkembangan ekonomi.
PEMIKIRAN EKONOMI MAZHAB SOSIALIS
Sejarah Pemikiran Mazhab Sosialis dan Kritik
terhadap Pemikiran Ekonomi Klasik
1.
Kritik yang dikemukakan oleh mazhab
sosialis berhubungan dengan doktrin laissez faire dengan pengendalian tangan
tak kentara (invisible hand) dan intervensi pemerintah. Pemikiran yang dibahas
adalah tentang teori nilai, pembagian kerja, teori kependudukan, dan the law of
deminishing return, dan kritiknya karena asumsi bahwa negaralah yang berhak
untuk mengatur kekayaan bangsa.
2.
Para pengritik mazhab klasik terutama
dari Lauderdale, Sismonde, Carey, List dan Bastiat. Lauderdale mengajukan
kritik bahwa nilai barang ditentukan oleh kelangkaan dan permintaan, sedangkan
Muller dan List melihat bahwa nilai barang ditentukan juga tidak hanya oleh
modal fisik, tetapi juga oleh modal spiritual dan modal mental. Demikian juga
Carey melihat tentang teori nilai dari segi teori biaya reproduksi, sedangkan
Bastiat bahwa faktor-faktor yang menentukan nilai barang adalah besarnya tenaga
kerja yang dikorbankan pada pembuatan barang, menurut beliau hal-hal yang
menjadi karunia alam tidak mempunyai nilai, kecuali telah diolah manusia.
3.
Sismonde mengajukan keberatan terhadap
teori kependudukan Malthus, dan tidak mungkin dapat dikendalikan dengan
cara-cara yang dikemukakan Malthus, sebab sangat tergantung pada kemauan
manusia dan kesempatan kerja, dan kawin yang selalu dikaitkan dengan kemampuan
ekonomi. Mesin mempunyai fungsi untuk menggantikan tenaga kerja manusia, aspek
mesin tidak selalu mempunyai keuntungan dalam meningkatkan kekayaan bangsa.
Carey berpendapat pertambahan modal lebih cepat dari pertambahan penduduk.
4.
Sismonde berpendapat bahwa pembagian
kerja skala produksi menjadi semakin besar dan tidak dapat dikendalikan
sehingga terjadi kelebihan produksi. Muller berpendapat bahwa pembagian kerja
telah membawa pekerjaan ke dalam perbudakan dan tenaga kerja menjadi mesin.
Pemikiran List bukan pembagian kerja yang paling penting tetapi mengetahui dan
menggunakan kekuatan-kekuatan produktif dalam usaha meningkatkan kekayaan
bangsa.
5.
Pemikiran John Stuart Mill banyak
dipengaruhi oleh Jeremy Bentam yang beraliran falsafah utilitarian, bebannya
sangat berat dalam mempelajari falsafah, politik dan ilmu sosial, yang
menjadikan mental breakdown. Kritik terhadap ekonomi klasik terutama pada
Smith, Malthus dan Ricardo, dipelajari oleh Mill. Sementara itu pemikiran
ekonomi sosialis mulai berkembang, dasar sistem ekonomi klasik adalah laissez
faire, hipotesis kependudukan Malthus, hukum lahan yang semakin berkurang,
teori dana upah mendapat tantangan. Dalam era inilah pemikiran Mill dituangkan
dalam bukunya yang berjudul Principle of Political Economy, dengan pemikiran
yang eklektiknya.
6.
Sumbangan yang paling besar Mill adalah
metode ilmu ekonomi yang bersifat deduktif dan bersama dengan metode induktif.
Karena hipotesisnya belum didukung dengan data empirik, di samping itu
pembahasannya tentang teori nilai tidak melihat dari biaya produksi, tetapi
telah menggunakan sisi permintaan melalui teori elastisitas. Mill menjelaskan
bahwa hukum yang mengatur produksi lain dengan hukum distribusi pendapatan,
juga memperkenalkan human capital investment yaitu keterampilan, kerajinan dan
moral tenaga kerja dalam meningkatkan produktivitas.
Ekonomi Mazhab
Sosialis Utopis
1.
Dari pandangan pemikiran yang
revolusioner Karl Marx dan Enggel pemikiran ini biasa disebut kaum sosialis
ilmiah dan ada yang tetap mempertahankan dengan cara-cara yang bersifat ideal
dan terlepas dari kekuasaan politik disebut sosialis utopis dengan dipelopori
oleh Thomas More, Francis Bacon, Thomas Campanella, Oliver Cromwell, Gerard
Winstanley, James Harrington..
2.
Perkataan Utopis berasal dari judul buku
Thomas More dalam tahun 1516 Tentang Keadaan Negara yang Sempurna dan Pulau
Baru yang Utopis. Francis Bacon dalam bukunya Nova Atlantis (1623), dan Thomas
Campanella (1623) dalam bukunya Negara Matahari (Civitas Solis).
3.
Saint Simon (1760-1825), dari Perancis
bukunya The New Christianity dan Charles Fourier (1772-1837) bercita-cita
menciptakan tata dunia baru yang lebih baik bukan dengan kotbah tetapi dengan
model percontohan. Louis Blanc mengusahakan agar didirikan ateliers sociesux
yakni pabrik-pabrik yang dihimpun negara. Pierre Joseph Proudhom (1809-1865 )
Beliau yakin akan asas persamaan dan lama sekali tidak setuju dengan hak milik
pribadi terhadap perusahaan.
Ekonomi Mazhab
Sosialis Ilmiah
1.
Karl Marx dilahirkan di Treves Jerman dan
seorang keturunan Yahudi. Ia seorang ilmuwan dan pemikir besar bidang filosof
serta Pemimpin Sosialisme Modern. Ia belajar di Universitas Bonn kemudian di
Universitas Berlin di Jerman dan memperoleh sarjana bidang Filsafat. Dalam masa
studinya ia banyak dipengaruhi oleh Friedrich Hegel seorang Filosof Besar
Jerman bidang falsafah murni.
2.
Friedrich Engels, berasal dari kalangan
usahawan besar di Jerman, keluarganya memiliki sejumlah perusahaan industri
tekstil di Jerman maupun di Inggris. Sejak usia muda Engels menaruh minat
terhadap ilmu falsafah dan ilmu pengetahuan masyarakat. Nalurinya tergugah oleh
apa yang diamatinya dan disaksikannya sendiri mengenai kehidupan masyarakat
dalam lingkungan kawasan industri di Jerman dan di Inggris. Engels bertemu
dengan Marx tahun 1840 di Paris, sewaktu Marx hidup dalam pembuangan.
3.
Teori tentang perkembangan ekonomi
menurut Marx sebenarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, pertama pemikirannya
tentang proses akumulasi dan konsentrasi, kedua teori tentang proses
kesengsaraan/pemiskinan yang meluas (die verelendung atau increasing misery),
ketiga teori tentang tingkat laba yang cenderung menurun.
4.
Menurut teori konsentrasi
perusahaan-perusahaan makin lama makin besar, sedangkan jumlahnya makin
sedikit. Perusahaan-perusahaan besar bersaing dengan perusahan kecil maka
perusahaan kecil akan kalah dalam persaingan dan kemudian perusahaan kecil
lenyap. Timbullah perusahaan-perusahaan raksasa. Para pengusaha kecil dan
golongan menengah menjadi orang miskin.
5.
Sedangkan teori akumulasi menyatakan bahwa
para pengusaha raksasa semakin lama semakin kaya dan menumpuk kekayaan yang
terkonsentrasi pada beberapa orang, dan para pengusaha kecil akhirnya jatuh
miskin dan pengusaha kecil yang berdiri sendiri menjadi proletariat. Sejauhmana
proses akumulasi yang dimaksud di atas bisa berjalan tergantung dari a) tingkat
nilai surplus, b) tingkat produktivitas tenaga kerja, dan c) perimbangan bagian
nilai surplus untuk konsumsi terhadap bagian yang disalurkan sebagai tambahan
modal.
PEMIKIRAN EKONOMI NEOKLASIK
Perintis
Analisis Marjinal
1.
Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan
tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak
lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah
beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan
pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
2.
Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu
Gossen, dia telah memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian
disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan
kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan
Hukum Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai
jenis barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga mengembangkan
teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku
individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan
preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan
teori nilai dari orde berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang
ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori
orde barang ini maka tercakup sekaligus teori distribusi.
3.
Pemikiran yang sangat mengagumkan yang
disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan umum melalui empat sistem
persamaan yang serempak. Dalam sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai
aktivitas ekonomi seperti teori produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang
digunakan Walras adalah persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan
lahan terbatas, sedangkan teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika
terjadi perubahan pada salah satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang
berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi
Teori
Produktivitas Marjinal
1.
Dasar pemikiran mazhab neoklasik pada
generasi kedua lebih akurasi dan tajam karena bila dibandingkan dengan
pemikiran ekonomi pada kelompok generasi pertama neoklasik. Hal ini dapat
terjadi karena pemikiran generasi kedua menjabarkan lebih lanjut perilaku
variabel-variabel ekonomi yang sudah dibahas sebelumnya. Lingkupan telah
berkembang dari produksi, konsumsi, dan distribusi yang lebih umum beralih pada
penjelasan yang lebih tajam.
2.
Pertentangan pemikiran antara para ahli
neoklasik seperti J.B. Clark dapat menjadi sumber inspirasi dari perkembangan
ilmu ekonomi dalam menjelaskan teori distribusi fungsional, ditafsirkan oleh
J.B Clark mempunyai nilai etik, yang secara langsung membantah teori
eksploitasi. Dengan teori produktivitas marjinal upah tenaga kerja, laba serta
lahan dan bunga ditetapkan dengan objektif dan adil. Tetapi masalahnya, apakah
setiap pekerja mendapat upah sama dengan PPMt nya?
3.
Penggunaan pendekatan matematis dalam
analisis ekonomi terutama dalam fungsi produksi semakin teknis, dan dengan
penggunaan asumsi-asumsi yang dialaminya juga bertambah seperti dalam kondisi
skala tetap, meningkat atau menurun. Hal ini dikaitkan pula dengan bentuk kurva
ongkos rata-rata, oleh Wicksell. Hal ini merupakan sumbangan besar dalam
pembahasan ongkos perusahaan dan industri. Pada saat kurva ongkos rata-rata
menurun, sebenarnya pada fungsi produksi terjadi proses increasing returns, dan
pada saat kurva ongkos naik, pada kurva produksi terjadi keadaan decreasing
returns. Selanjutnya, pada saat ongkos rata-rata sampai pada titik minimum,
pada fungsi produksi berlaku asumsi constant return to scale.
4.
Pemikiran lain yang menjadi sumber
kontroversi seperti pandangan Bohm Bawerk telah menimbulkan kontroversi pula
tentang hubungan antara modal dan bunga. Kontroversi ini pun timbul dari
pandangan J.B. Clark. Clark mempunyai pendapat bahwa barang-barang sekarang
mempunyai nilai lebih tinggi daripada masa depan, karena itu timbullah bunga.
Tetapi, bunga juga dipengaruhi oleh produktivitas melalui keunggulan teknik.
Bohm Bawerk memberikan adanya premium atau agio, karena kebutuhan sekarang
lebih tinggi daripada masa datang. Tetapi, Fisher melihat dari arus pendapatan
masa depan perlu dinilai sekarang, yang dipengaruhi oleh kekuatan subjektif dan
objektif. Fisher menjelaskan pula terjadinya bunga melalui permintaan dan
penawaran terhadap tabungan dan investasi. Fisher memberi sumbangan pula pada
tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan marginal rate of return over cost.
Pemikiran
Marshall sebagai Bapak Ekonomi Neoklasik
1.
Sumbangan yang paling terkenal dari
pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sitetis antara pemikiran pemula
dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan,
yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya dua mata gunting. Dengan
demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori
kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Untuk memudahkan
pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi ceteris paribus,
sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar
diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka
panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan
marjinal uang yang tetap.
2.
Pemikiran Alfred Marshall mahir dalam
menggunakan peralatan matematika ke dalam analisis ekonomi. Dia memahami, bahwa
untuk memudahkan pembaca, maka catatan-catatan matematikanya diletakkan pada
bagian catatan kaki dan pada lampiran bukunya. Pembahasannya tentang kepuasan
marjinal telah mulai sebelum 1870, sebelum buku Jevons terbit, tetapi karena
orangnya sangat teliti dan modes, dia tidak mau cepat-cepat menerbitkan
bukunya.
3.
Dalam pembahasan sisi permintaan,
Marshall telah menghitung koefisien barang yang diminta akibat terjadinya
perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat sama dengan satu,
lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua masalah yang belum
mendapat penyelesaian dalam hal sisi permintaan, yakni aspek barang-barang
pengganti dan efek pendapatan. Robert Giffen telah dapat membantu penyelesaian
kaitan konsumsi dan pendapatan dengan permintaannya terhadap barang-barang,
sehingga ditemukan Giffen Paradox. Peranan substitusi kemudian diselesaikan
oleh Slurtky.
4.
Marshall menemukan surplus konsumen.
Pengertian ini dikaitkan pula dengan welfare economics. Bahwa konsumen
keseluruhan mengeluarkan uang belanja lebih kecil daripada kemampuannya
membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama pajak yang
dikenakan pada konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka
kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk
subsidi, terutama bagi industri-industri yang struktur ongkosnya telah
meningkat. Marshall menjelaskan pula mengapa kurva ongkos total rata-rata
menurun dan meningkat. Hal ini berkaitan dengan faktor internal dan eksternal
perusahaan atau industri.
5. Mekanisme
permintaan dan penawaran dapat mendatangkan ketidakstabilan, karena setiap
usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang ternyata membuat tingkat
harga dan jumlah barang menjauhi titik keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu
terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika
variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga
menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.
Mazhab Institusionalisme
1.
Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan
dalam beberapa kenyataan ekonomi yang terlihat dalam perilaku individu dan
masyarakat tidak hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi tetapi juga karena
motivasi lain (seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka Veblen tidak puas
terhadap gambaran teoretis tentang perilaku individu dan masyarakat dalam
pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu ekonomi menurut Veblen jauh
lebih luas daripada yang ditemukan dalam pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks.
2.
Revolusi perkembangan pemikiran yang
dikemukakan Veblen yaitu dengan memperluas lingkup pengkajian ilmu ekonomi,
membawa akibat perluasan dan perubahan dalam metodologi, andaian-andaian, dan
perilaku variabel-variabel ekonomi. Veblen melihat pengkajian ilmu ekonomi dari
berbagai aspek ilmu sosial sehingga diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu
pula Veblen mendapat tuduhan bukan sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi
sebagai seorang sociologist.
3.
Pandangan pemikiran Veblen yang utama
bahwa teori-teori ekonomi ortodoks, seperti teori konsumsi, perilaku bisnis,
andaian-andaian laba maksimal, persaingan sempurna ditolaknya. Persaingan
sempurna hampir tidak terjadi, yang banyak terjadi adalah monopoli, bukan
persaingan harga, tetapi harga ditetapkan lebih tinggi. Konflik-konflik yang
terjadi bukan lagi antara tenaga kerja dan pemilik modal, tetapi antara
bisnismen dengan para teknisi. Karena dunia bisnis telah dikuasai oleh mesin,
maka peranan teknisilah yang menentukan proses produksi.
4.
Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap
awal sukar dipahami oleh ahli-ahli ekonomi, karena dia menggunakan
istilah-istilah yang datang dari disiplin lain. Namun demikian,
pandangan-pandangannya telah mendorong berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan
Amerika Serikat. Murid-muridnya melanjutkan dan melakukan pengembangan terhadap
pemikiran- pemikirannya.
Tindakan
Kolektif dan Surplus yang tidak Produktif
1.
Mitchell seorang ilmuwan sejati yang
tidak terpengaruh oleh pemikiran lain ia mempunyai pandangan sendiri. Oleh
karena itu tidak semua pandangan Veblen disetujuinya, bahkan di samping
pemikiran ekonomi ortodoks, pandangan Veblen mendapat kritik. Mitchell
berkeberatan terhadap asumsi-asumsi, logika yang abstrak ekonomi ortodoks,
karena itu dia tidak pernah menggunakannya sebagai teori dalam penelitian. Dia
lebih menekankan penelitian empirik dan menjelaskan data dengan deskriptif.
Pendekatan sejarah, dengan mempelajari sebab-sebab yang menjadi kumulatif
secara evolusioner digunakannya dalam analisis siklus bisnis. Fluktuasi
kegiatan ekonomi dapat diamati dari keputusan-keputusan pengusaha,
reaksi-reaksi pengusaha terhadap perubahan laba. Siklus-bisnis terdiri beberapa
tahap, yakni resesi, depresi, pemulihan dan masa-masa makmur (boom).
2.
John R. Commons seorang pelopor ajaran
ekonomi kelembagaan di Universitas Wisconsin. Commons mencoba untuk melakukan
perubahan sosial, penyempurnaan struktur dan fungsi pendidikan di kampusnya,
dan banyak memberikan sumbangan dalam ekonomi perburuhan. Pandangannya terhadap
ekonomi ortodoks adalah penolakannya pada lingkungan ekonomi yang sempit,
statik, dan mencoba memasukkan segi-segi kejiwaan, sejarah, hukum, sosial dan
politik dalam pembahasannya. Teori harga dalam ekonomi ortodoks hanya berlaku
dalam kondisi-kondisi khusus. Dalam pasar ekonomi ortodoks terjadi pertukaran,
tetapi bukan hubungan pertukaran. Dia membagi tiga macam transaksi dalam pasar,
yakni transaksi pengalihan hak milik kekayaan, transaksi kepemimpinan, dan
transaksi distribusi. Dalam transaksi tersebut, melibatkan aspek-aspek
kebiasaan, adat, hukum dan kejiwaan.
3.
Pandangan pemikiran J.A. Hobson tentang
kritiknya terhadap ekonomi ortodok, yaitu ada tiga kelemahan teori ekonomi
ortodoks yang ditemukannya, yakni tidak dapat menyelesaikan masalah full
employment yang dijanjikan teori ekonomi ortodoks, distribusi pendapatan yang
senjang, dan pasar bukanlah ukuran terbaik untuk menentukan ongkos sosial.
Adanya ekonomi normatif dan positif tidak disetujuinya, oleh karena keduanya
mengandung unsur etika, hipotesis tentang timbulnya imperialisme, karena
terjadi under consumption dan over saving di dalam negeri, maka diperlukan
penanaman modal ke daerah-daerah baru. Pengeluaran pemerintah dan pajak dapat
mendorong ekonomi ke arah full employment, dan meningkatkan pendapatan pekerja
dan peningkatan produktivitas. Pembayaran terhadap faktor-faktor produksi dapat
ditentukan atas kebutuhan cukup untuk meningkatkan produktivitas dan dengan
memberikan kelebihan yang tidak produktif. Dengan semakin meratanya pembagian
pendapatan akan mendorong peningkatan produktivitas, meningkatnya konsumsi, dan
akan terhindarlah ekonomi dari resesi.
Inovasi, Drama
Asia dan Kapitalisme Amerika
1.
Pemikiran yang paling menonjol dari
Schumpeter tentang pembahasan ekonomi jangka panjang terlihat dalam analisisnya
baik mengenai terjadinya inovasi komoditi baru, maupun dalam menjelaskan
terjadinya siklus-bisnis. Keseimbangan ekonomi yang statik dan stasioner itu
mengalami gangguan dengan adanya inovasi, namun gangguan itu berusaha mencari
keseimbangan baru. Inovasi akan terhenti kalau kapten industri (wiraswasta)
telah terlihat dengan persoalan-persoalan rutin. Walaupun Schumpeter
menggunakan andaian-andaian ekonomi ortodoks, tetapi dia memasukkan aspek
dinamik dengan mengkaji terjadinya fluktuasi bisnis, di mana terjadi resesi,
depresi, recovery, dan boom. Invensi dan inovasi merupakan kreativitas yang
bersifat destruktif. Penemuan hari ini dapat dihancurkan oleh penemuan esok,
tetapi ekonomi tetap tumbuh.
2.
Pemikiran Gunnar Myrdal seorang ekonomi
Swedia yang terbesar dewasa ini tertarik dengan pengkajian sosiologi. Dia
mempelajari sebab-sebab terjadinya kemiskinan di negeri-negeri maju dan yang
sedang berkembang. Dalam mengatasi persoalan-persoalan itu tidak dapat hanya
dengan teori-teori ekonomi ortodoks, oleh karena teori itu terlalu sempit.
Perencanaan ekonomi di negeri-negeri yang sedang berkembang akan mengarahkan
pembangunan yang jelas, dan perencanaan itu meliputi segala aspek, yakni
ekonomi, pendidikan, kesehatan, kependudukan, dan semua sektor. Alat
analisisnya seperti yang dilakukan oleh Mitchell, yakni sebab-musabab yang
bersifat kumulatif. Jadi, kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, sosial dan
kejiwaan dapat berhimpun menjadi sebab kejadian yang merugikan atau yang
menguntungkan pembangunan.
3. John Keyneth Galbraith menjelaskan perkembangan ekonomi
kapitalis di AS, yang tidak sesuai dengan ramalan-ramalan yang bersifat
manipulatif dari teori ekonomi ortodoks. Andaian-andaian ekonomi ortodoks
menurut Galbraith ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Tidak ada lagi
persaingan sempurna, pasar telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar.
Perusahaan ini menentukan selera konsumen. Kekuasaan konsumen telah tidak
berarti sehingga timbul dependent-effect pemilik modal telah terpisah dengan
para manajer yang profesional, dan para manajer ini telah menjadi
technostructure masyarakat. Konsumsi masyarakat telah menjadi tinggi, tetapi
sebaliknya terjadi pencemaran lingkungan, dan kualitas barang-barang swasta
tidak dapat diimbangi oleh barang-barang dan jasa publik. Kekuatan-kekuatan
perusahaan besar dikontrol oleh kekuatan pengimbang seperti kekuatan buruh,
pemerintah, dan lembaga-lembaga konsumen. Namun demikian, untuk menjamin
kelanjutan kekuasaan perusahaan- perusahaan ini, mereka meminta pemerintah untuk
menstabilkannya.
Sumber
Buku Sejarah Teori-teori Ekonomi Karya Disman
PEMIKIRAN EKONOMI NEOKLASIK
Perintis Dari Analisis Marjinal
1. Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
2. Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka tercakup sekaligus teori distribusi.
3. Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi
Teori Priduktivitas Marjinal
1. Dasar pemikiran mazhab neoklasik pada generasi kedua lebih akurasi dan tajam karena bila dibandingkan dengan pemikiran ekonomi pada kelompok generasi pertama neoklasik. Hal ini dapat terjadi karena pemikiran generasi kedua menjabarkan lebih lanjut perilaku variabel-variabel ekonomi yang sudah dibahas sebelumnya. Lingkupan telah berkembang dari produksi, konsumsi, dan distribusi yang lebih umum beralih pada penjelasan yang lebih tajam.
2. Pertentangan pemikiran antara para ahli neoklasik seperti J.B. Clark dapat menjadi sumber inspirasi dari perkembangan ilmu ekonomi dalam menjelaskan teori distribusi fungsional, ditafsirkan oleh J.B Clark mempunyai nilai etik, yang secara langsung membantah teori eksploitasi. Dengan teori produktivitas marjinal upah tenaga kerja, laba serta lahan dan bunga ditetapkan dengan objektif dan adil. Tetapi masalahnya, apakah setiap pekerja mendapat upah sama dengan PPMt nya?
3. Penggunaan pendekatan matematis dalam analisis ekonomi terutama dalam fungsi produksi semakin teknis, dan dengan penggunaan asumsi-asumsi yang dialaminya juga bertambah seperti dalam kondisi skala tetap, meningkat atau menurun. Hal ini dikaitkan pula dengan bentuk kurva ongkos rata-rata, oleh Wicksell. Hal ini merupakan sumbangan besar dalam pembahasan ongkos perusahaan dan industri. Pada saat kurva ongkos rata-rata menurun, sebenarnya pada fungsi produksi terjadi proses increasing returns, dan pada saat kurva ongkos naik, pada kurva produksi terjadi keadaan decreasing returns. Selanjutnya, pada saat ongkos rata-rata sampai pada titik minimum, pada fungsi produksi berlaku asumsi constant return to scale.
4. Pemikiran lain yang menjadi sumber kontroversi seperti pandangan Bohm Bawerk telah menimbulkan kontroversi pula tentang hubungan antara modal dan bunga. Kontroversi ini pun timbul dari pandangan J.B. Clark. Clark mempunyai pendapat bahwa barang-barang sekarang mempunyai nilai lebih tinggi daripada masa depan, karena itu timbullah bunga. Tetapi, bunga juga dipengaruhi oleh produktivitas melalui keunggulan teknik. Bohm Bawerk memberikan adanya premium atau agio, karena kebutuhan sekarang lebih tinggi daripada masa datang. Tetapi, Fisher melihat dari arus pendapatan masa depan perlu dinilai sekarang, yang dipengaruhi oleh kekuatan subjektif dan objektif. Fisher menjelaskan pula terjadinya bunga melalui permintaan dan penawaran terhadap tabungan dan investasi. Fisher memberi sumbangan pula pada tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan marginal rate of return over cost.
Pemikiran Marshall Sebagai Bapak Ekonomi Neoklasik
1. Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.
2. Pemikiran Alfred Marshall mahir dalam menggunakan peralatan matematika ke dalam analisis ekonomi. Dia memahami, bahwa untuk memudahkan pembaca, maka catatan-catatan matematikanya diletakkan pada bagian catatan kaki dan pada lampiran bukunya. Pembahasannya tentang kepuasan marjinal telah mulai sebelum 1870, sebelum buku Jevons terbit, tetapi karena orangnya sangat teliti dan modes, dia tidak mau cepat-cepat menerbitkan bukunya.
3. Dalam pembahasan sisi permintaan, Marshall telah menghitung koefisien barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua masalah yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi permintaan, yakni aspek barang-barang pengganti dan efek pendapatan. Robert Giffen telah dapat membantu penyelesaian kaitan konsumsi dan pendapatan dengan permintaannya terhadap barang-barang, sehingga ditemukan Giffen Paradox. Peranan substitusi kemudian diselesaikan oleh Slurtky.
4. Marshall menemukan surplus konsumen. Pengertian ini dikaitkan pula dengan welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja lebih kecil daripada kemampuannya membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama pajak yang dikenakan pada konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk subsidi, terutama bagi industri-industri yang struktur ongkosnya telah meningkat. Marshall menjelaskan pula mengapa kurva ongkos total rata-rata menurun dan meningkat. Hal ini berkaitan dengan faktor internal dan eksternal perusahaan atau industri.
5. Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan ketidakstabilan, karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi titik keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.
Tindakan Kolektif dan Surplus Yang Tidak Produktif
1. Mitchell seorang ilmuwan sejati yang tidak terpengaruh oleh pemikiran lain ia mempunyai pandangan sendiri. Oleh karena itu tidak semua pandangan Veblen disetujuinya, bahkan di samping pemikiran ekonomi ortodoks, pandangan Veblen mendapat kritik. Mitchell berkeberatan terhadap asumsi-asumsi, logika yang abstrak ekonomi ortodoks, karena itu dia tidak pernah menggunakannya sebagai teori dalam penelitian. Dia lebih menekankan penelitian empirik dan menjelaskan data dengan deskriptif. Pendekatan sejarah, dengan mempelajari sebab-sebab yang menjadi kumulatif secara evolusioner digunakannya dalam analisis siklus bisnis. Fluktuasi kegiatan ekonomi dapat diamati dari keputusan-keputusan pengusaha, reaksi-reaksi pengusaha terhadap perubahan laba. Siklus-bisnis terdiri beberapa tahap, yakni resesi, depresi, pemulihan dan masa-masa makmur (boom).
2. John R. Commons seorang pelopor ajaran ekonomi kelembagaan di UniversitasWisconsin. Commons mencoba untuk melakukan perubahan sosial, penyempurnaan struktur dan fungsi pendidikan di kampusnya, dan banyak memberikan sumbangan dalam ekonomi perburuhan. Pandangannya terhadap ekonomi ortodoks adalah penolakannya pada lingkungan ekonomi yang sempit, statik, dan mencoba memasukkan segi-segi kejiwaan, sejarah, hukum, sosial dan politik dalam pembahasannya. Teori harga dalam ekonomi ortodoks hanya berlaku dalam kondisi-kondisi khusus. Dalam pasar ekonomi ortodoks terjadi pertukaran, tetapi bukan hubungan pertukaran. Dia membagi tiga macam transaksi dalam pasar, yakni transaksi pengalihan hak milik kekayaan, transaksi kepemimpinan, dan transaksi distribusi. Dalam transaksi tersebut, melibatkan aspek-aspek kebiasaan, adat, hukum dan kejiwaan.
3. Pandangan pemikiran J.A. Hobson tentang kritiknya terhadap ekonomi ortodok, yaitu ada tiga kelemahan teori ekonomi ortodoks yang ditemukannya, yakni tidak dapat menyelesaikan masalah full employment yang dijanjikan teori ekonomi ortodoks, distribusi pendapatan yang senjang, dan pasar bukanlah ukuran terbaik untuk menentukan ongkos sosial. Adanya ekonomi normatif dan positif tidak disetujuinya, oleh karena keduanya mengandung unsur etika, hipotesis tentang timbulnya imperialisme, karena terjadi under consumption dan over saving di dalam negeri, maka diperlukan penanaman modal ke daerah-daerah baru. Pengeluaran pemerintah dan pajak dapat mendorong ekonomi ke arah full employment, dan meningkatkan pendapatan pekerja dan peningkatan produktivitas. Pembayaran terhadap faktor-faktor produksi dapat ditentukan atas kebutuhan cukup untuk meningkatkan produktivitas dan dengan memberikan kelebihan yang tidak produktif. Dengan semakin meratanya pembagian pendapatan akan mendorong peningkatan produktivitas, meningkatnya konsumsi, dan akan terhindarlah ekonomi dari resesi.
Mazhab Institusionalisme
1. Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi yang terlihat dalam perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi tetapi juga karena motivasi lain (seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap gambaran teoretis tentang perilaku individu dan masyarakat dalam pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang ditemukan dalam pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks.
2. Revolusi perkembangan pemikiran yang dikemukakan Veblen yaitu dengan memperluas lingkup pengkajian ilmu ekonomi, membawa akibat perluasan dan perubahan dalam metodologi, andaian-andaian, dan perilaku variabel-variabel ekonomi. Veblen melihat pengkajian ilmu ekonomi dari berbagai aspek ilmu sosial sehingga diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu pula Veblen mendapat tuduhan bukan sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi sebagai seorang sociologist.
3. Pandangan pemikiran Veblen yang utama bahwa teori-teori ekonomi ortodoks, seperti teori konsumsi, perilaku bisnis, andaian-andaian laba maksimal, persaingan sempurna ditolaknya. Persaingan sempurna hampir tidak terjadi, yang banyak terjadi adalah monopoli, bukan persaingan harga, tetapi harga ditetapkan lebih tinggi. Konflik-konflik yang terjadi bukan lagi antara tenaga kerja dan pemilik modal, tetapi antara bisnismen dengan para teknisi. Karena dunia bisnis telah dikuasai oleh mesin, maka peranan teknisilah yang menentukan proses produksi.
4. Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh ahli-ahli ekonomi, karena dia menggunakan istilah-istilah yang datang dari disiplin lain. Namun demikian, pandangan-pandangannya telah mendorong berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Murid-muridnya melanjutkan dan melakukan pengembangan terhadap pemikiran- pemikirannya.
Intonasi, Drama Asia dan Kapitalisme Amerika
1. Pemikiran yang paling menonjol dari Schumpeter tentang pembahasan ekonomi jangka panjang terlihat dalam analisisnya baik mengenai terjadinya inovasi komoditi baru, maupun dalam menjelaskan terjadinya siklus-bisnis. Keseimbangan ekonomi yang statik dan stasioner itu mengalami gangguan dengan adanya inovasi, namun gangguan itu berusaha mencari keseimbangan baru. Inovasi akan terhenti kalau kapten industri (wiraswasta) telah terlihat dengan persoalan-persoalan rutin. Walaupun Schumpeter menggunakan andaian-andaian ekonomi ortodoks, tetapi dia memasukkan aspek dinamik dengan mengkaji terjadinya fluktuasi bisnis, di mana terjadi resesi, depresi, recovery, dan boom. Invensi dan inovasi merupakan kreativitas yang bersifat destruktif. Penemuan hari ini dapat dihancurkan oleh penemuan esok, tetapi ekonomi tetap tumbuh.
2. Pemikiran Gunnar Myrdal seorang ekonomi Swedia yang terbesar dewasa ini tertarik dengan pengkajian sosiologi. Dia mempelajari sebab-sebab terjadinya kemiskinan di negeri-negeri maju dan yang sedang berkembang. Dalam mengatasi persoalan-persoalan itu tidak dapat hanya dengan teori-teori ekonomi ortodoks, oleh karena teori itu terlalu sempit. Perencanaan ekonomi di negeri-negeri yang sedang berkembang akan mengarahkan pembangunan yang jelas, dan perencanaan itu meliputi segala aspek, yakni ekonomi, pendidikan, kesehatan, kependudukan, dan semua sektor. Alat analisisnya seperti yang dilakukan oleh Mitchell, yakni sebab-musabab yang bersifat kumulatif. Jadi, kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, sosial dan kejiwaan dapat berhimpun menjadi sebab kejadian yang merugikan atau yang menguntungkan pembangunan.
3. John Keyneth Galbraith menjelaskan perkembangan ekonomi kapitalis di AS, yang tidak sesuai dengan ramalan-ramalan yang bersifat manipulatif dari teori ekonomi ortodoks. Andaian-andaian ekonomi ortodoks menurut Galbraith ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Tidak ada lagi persaingan sempurna, pasar telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan ini menentukan selera konsumen. Kekuasaan konsumen telah tidak berarti sehingga timbul dependent-effect pemilik modal telah terpisah dengan para manajer yang profesional, dan para manajer ini telah menjadi technostructure masyarakat. Konsumsi masyarakat telah menjadi tinggi, tetapi sebaliknya terjadi pencemaran lingkungan, dan kualitas barang-barang swasta tidak dapat diimbangi oleh barang-barang dan jasa publik. Kekuatan-kekuatan perusahaan besar dikontrol oleh kekuatan pengimbang seperti kekuatan buruh, pemerintah, dan lembaga-lembaga konsumen. Namun demikian, untuk menjamin kelanjutan kekuasaan perusahaan- perusahaan ini, mereka meminta pemerintah untuk menstabilkannya.
Perintis Dari Analisis Marjinal
1. Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
2. Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka tercakup sekaligus teori distribusi.
3. Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi
Teori Priduktivitas Marjinal
1. Dasar pemikiran mazhab neoklasik pada generasi kedua lebih akurasi dan tajam karena bila dibandingkan dengan pemikiran ekonomi pada kelompok generasi pertama neoklasik. Hal ini dapat terjadi karena pemikiran generasi kedua menjabarkan lebih lanjut perilaku variabel-variabel ekonomi yang sudah dibahas sebelumnya. Lingkupan telah berkembang dari produksi, konsumsi, dan distribusi yang lebih umum beralih pada penjelasan yang lebih tajam.
2. Pertentangan pemikiran antara para ahli neoklasik seperti J.B. Clark dapat menjadi sumber inspirasi dari perkembangan ilmu ekonomi dalam menjelaskan teori distribusi fungsional, ditafsirkan oleh J.B Clark mempunyai nilai etik, yang secara langsung membantah teori eksploitasi. Dengan teori produktivitas marjinal upah tenaga kerja, laba serta lahan dan bunga ditetapkan dengan objektif dan adil. Tetapi masalahnya, apakah setiap pekerja mendapat upah sama dengan PPMt nya?
3. Penggunaan pendekatan matematis dalam analisis ekonomi terutama dalam fungsi produksi semakin teknis, dan dengan penggunaan asumsi-asumsi yang dialaminya juga bertambah seperti dalam kondisi skala tetap, meningkat atau menurun. Hal ini dikaitkan pula dengan bentuk kurva ongkos rata-rata, oleh Wicksell. Hal ini merupakan sumbangan besar dalam pembahasan ongkos perusahaan dan industri. Pada saat kurva ongkos rata-rata menurun, sebenarnya pada fungsi produksi terjadi proses increasing returns, dan pada saat kurva ongkos naik, pada kurva produksi terjadi keadaan decreasing returns. Selanjutnya, pada saat ongkos rata-rata sampai pada titik minimum, pada fungsi produksi berlaku asumsi constant return to scale.
4. Pemikiran lain yang menjadi sumber kontroversi seperti pandangan Bohm Bawerk telah menimbulkan kontroversi pula tentang hubungan antara modal dan bunga. Kontroversi ini pun timbul dari pandangan J.B. Clark. Clark mempunyai pendapat bahwa barang-barang sekarang mempunyai nilai lebih tinggi daripada masa depan, karena itu timbullah bunga. Tetapi, bunga juga dipengaruhi oleh produktivitas melalui keunggulan teknik. Bohm Bawerk memberikan adanya premium atau agio, karena kebutuhan sekarang lebih tinggi daripada masa datang. Tetapi, Fisher melihat dari arus pendapatan masa depan perlu dinilai sekarang, yang dipengaruhi oleh kekuatan subjektif dan objektif. Fisher menjelaskan pula terjadinya bunga melalui permintaan dan penawaran terhadap tabungan dan investasi. Fisher memberi sumbangan pula pada tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan marginal rate of return over cost.
Pemikiran Marshall Sebagai Bapak Ekonomi Neoklasik
1. Sumbangan yang paling terkenal dari pemikiran Marshall dalam teori nilai merupakan sitetis antara pemikiran pemula dari marjinalis dan pemikiran Klasik. Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.
2. Pemikiran Alfred Marshall mahir dalam menggunakan peralatan matematika ke dalam analisis ekonomi. Dia memahami, bahwa untuk memudahkan pembaca, maka catatan-catatan matematikanya diletakkan pada bagian catatan kaki dan pada lampiran bukunya. Pembahasannya tentang kepuasan marjinal telah mulai sebelum 1870, sebelum buku Jevons terbit, tetapi karena orangnya sangat teliti dan modes, dia tidak mau cepat-cepat menerbitkan bukunya.
3. Dalam pembahasan sisi permintaan, Marshall telah menghitung koefisien barang yang diminta akibat terjadinya perubahan harga secara relatif. Nilai koefisien ini dapat sama dengan satu, lebih besar dan lebih kecil dari satu. Tetapi, ada dua masalah yang belum mendapat penyelesaian dalam hal sisi permintaan, yakni aspek barang-barang pengganti dan efek pendapatan. Robert Giffen telah dapat membantu penyelesaian kaitan konsumsi dan pendapatan dengan permintaannya terhadap barang-barang, sehingga ditemukan Giffen Paradox. Peranan substitusi kemudian diselesaikan oleh Slurtky.
4. Marshall menemukan surplus konsumen. Pengertian ini dikaitkan pula dengan welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja lebih kecil daripada kemampuannya membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama pajak yang dikenakan pada konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk subsidi, terutama bagi industri-industri yang struktur ongkosnya telah meningkat. Marshall menjelaskan pula mengapa kurva ongkos total rata-rata menurun dan meningkat. Hal ini berkaitan dengan faktor internal dan eksternal perusahaan atau industri.
5. Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan ketidakstabilan, karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi titik keseimbangan. Keadaan tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas ke kanan-bawah. Jika variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga menjadi independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.
Tindakan Kolektif dan Surplus Yang Tidak Produktif
1. Mitchell seorang ilmuwan sejati yang tidak terpengaruh oleh pemikiran lain ia mempunyai pandangan sendiri. Oleh karena itu tidak semua pandangan Veblen disetujuinya, bahkan di samping pemikiran ekonomi ortodoks, pandangan Veblen mendapat kritik. Mitchell berkeberatan terhadap asumsi-asumsi, logika yang abstrak ekonomi ortodoks, karena itu dia tidak pernah menggunakannya sebagai teori dalam penelitian. Dia lebih menekankan penelitian empirik dan menjelaskan data dengan deskriptif. Pendekatan sejarah, dengan mempelajari sebab-sebab yang menjadi kumulatif secara evolusioner digunakannya dalam analisis siklus bisnis. Fluktuasi kegiatan ekonomi dapat diamati dari keputusan-keputusan pengusaha, reaksi-reaksi pengusaha terhadap perubahan laba. Siklus-bisnis terdiri beberapa tahap, yakni resesi, depresi, pemulihan dan masa-masa makmur (boom).
2. John R. Commons seorang pelopor ajaran ekonomi kelembagaan di UniversitasWisconsin. Commons mencoba untuk melakukan perubahan sosial, penyempurnaan struktur dan fungsi pendidikan di kampusnya, dan banyak memberikan sumbangan dalam ekonomi perburuhan. Pandangannya terhadap ekonomi ortodoks adalah penolakannya pada lingkungan ekonomi yang sempit, statik, dan mencoba memasukkan segi-segi kejiwaan, sejarah, hukum, sosial dan politik dalam pembahasannya. Teori harga dalam ekonomi ortodoks hanya berlaku dalam kondisi-kondisi khusus. Dalam pasar ekonomi ortodoks terjadi pertukaran, tetapi bukan hubungan pertukaran. Dia membagi tiga macam transaksi dalam pasar, yakni transaksi pengalihan hak milik kekayaan, transaksi kepemimpinan, dan transaksi distribusi. Dalam transaksi tersebut, melibatkan aspek-aspek kebiasaan, adat, hukum dan kejiwaan.
3. Pandangan pemikiran J.A. Hobson tentang kritiknya terhadap ekonomi ortodok, yaitu ada tiga kelemahan teori ekonomi ortodoks yang ditemukannya, yakni tidak dapat menyelesaikan masalah full employment yang dijanjikan teori ekonomi ortodoks, distribusi pendapatan yang senjang, dan pasar bukanlah ukuran terbaik untuk menentukan ongkos sosial. Adanya ekonomi normatif dan positif tidak disetujuinya, oleh karena keduanya mengandung unsur etika, hipotesis tentang timbulnya imperialisme, karena terjadi under consumption dan over saving di dalam negeri, maka diperlukan penanaman modal ke daerah-daerah baru. Pengeluaran pemerintah dan pajak dapat mendorong ekonomi ke arah full employment, dan meningkatkan pendapatan pekerja dan peningkatan produktivitas. Pembayaran terhadap faktor-faktor produksi dapat ditentukan atas kebutuhan cukup untuk meningkatkan produktivitas dan dengan memberikan kelebihan yang tidak produktif. Dengan semakin meratanya pembagian pendapatan akan mendorong peningkatan produktivitas, meningkatnya konsumsi, dan akan terhindarlah ekonomi dari resesi.
Mazhab Institusionalisme
1. Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi yang terlihat dalam perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi tetapi juga karena motivasi lain (seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap gambaran teoretis tentang perilaku individu dan masyarakat dalam pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian, ilmu ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang ditemukan dalam pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks.
2. Revolusi perkembangan pemikiran yang dikemukakan Veblen yaitu dengan memperluas lingkup pengkajian ilmu ekonomi, membawa akibat perluasan dan perubahan dalam metodologi, andaian-andaian, dan perilaku variabel-variabel ekonomi. Veblen melihat pengkajian ilmu ekonomi dari berbagai aspek ilmu sosial sehingga diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu pula Veblen mendapat tuduhan bukan sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi sebagai seorang sociologist.
3. Pandangan pemikiran Veblen yang utama bahwa teori-teori ekonomi ortodoks, seperti teori konsumsi, perilaku bisnis, andaian-andaian laba maksimal, persaingan sempurna ditolaknya. Persaingan sempurna hampir tidak terjadi, yang banyak terjadi adalah monopoli, bukan persaingan harga, tetapi harga ditetapkan lebih tinggi. Konflik-konflik yang terjadi bukan lagi antara tenaga kerja dan pemilik modal, tetapi antara bisnismen dengan para teknisi. Karena dunia bisnis telah dikuasai oleh mesin, maka peranan teknisilah yang menentukan proses produksi.
4. Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh ahli-ahli ekonomi, karena dia menggunakan istilah-istilah yang datang dari disiplin lain. Namun demikian, pandangan-pandangannya telah mendorong berkembangnya aliran ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Murid-muridnya melanjutkan dan melakukan pengembangan terhadap pemikiran- pemikirannya.
Intonasi, Drama Asia dan Kapitalisme Amerika
1. Pemikiran yang paling menonjol dari Schumpeter tentang pembahasan ekonomi jangka panjang terlihat dalam analisisnya baik mengenai terjadinya inovasi komoditi baru, maupun dalam menjelaskan terjadinya siklus-bisnis. Keseimbangan ekonomi yang statik dan stasioner itu mengalami gangguan dengan adanya inovasi, namun gangguan itu berusaha mencari keseimbangan baru. Inovasi akan terhenti kalau kapten industri (wiraswasta) telah terlihat dengan persoalan-persoalan rutin. Walaupun Schumpeter menggunakan andaian-andaian ekonomi ortodoks, tetapi dia memasukkan aspek dinamik dengan mengkaji terjadinya fluktuasi bisnis, di mana terjadi resesi, depresi, recovery, dan boom. Invensi dan inovasi merupakan kreativitas yang bersifat destruktif. Penemuan hari ini dapat dihancurkan oleh penemuan esok, tetapi ekonomi tetap tumbuh.
2. Pemikiran Gunnar Myrdal seorang ekonomi Swedia yang terbesar dewasa ini tertarik dengan pengkajian sosiologi. Dia mempelajari sebab-sebab terjadinya kemiskinan di negeri-negeri maju dan yang sedang berkembang. Dalam mengatasi persoalan-persoalan itu tidak dapat hanya dengan teori-teori ekonomi ortodoks, oleh karena teori itu terlalu sempit. Perencanaan ekonomi di negeri-negeri yang sedang berkembang akan mengarahkan pembangunan yang jelas, dan perencanaan itu meliputi segala aspek, yakni ekonomi, pendidikan, kesehatan, kependudukan, dan semua sektor. Alat analisisnya seperti yang dilakukan oleh Mitchell, yakni sebab-musabab yang bersifat kumulatif. Jadi, kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, sosial dan kejiwaan dapat berhimpun menjadi sebab kejadian yang merugikan atau yang menguntungkan pembangunan.
3. John Keyneth Galbraith menjelaskan perkembangan ekonomi kapitalis di AS, yang tidak sesuai dengan ramalan-ramalan yang bersifat manipulatif dari teori ekonomi ortodoks. Andaian-andaian ekonomi ortodoks menurut Galbraith ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Tidak ada lagi persaingan sempurna, pasar telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan ini menentukan selera konsumen. Kekuasaan konsumen telah tidak berarti sehingga timbul dependent-effect pemilik modal telah terpisah dengan para manajer yang profesional, dan para manajer ini telah menjadi technostructure masyarakat. Konsumsi masyarakat telah menjadi tinggi, tetapi sebaliknya terjadi pencemaran lingkungan, dan kualitas barang-barang swasta tidak dapat diimbangi oleh barang-barang dan jasa publik. Kekuatan-kekuatan perusahaan besar dikontrol oleh kekuatan pengimbang seperti kekuatan buruh, pemerintah, dan lembaga-lembaga konsumen. Namun demikian, untuk menjamin kelanjutan kekuasaan perusahaan- perusahaan ini, mereka meminta pemerintah untuk menstabilkannya.
Oleh: A Nugraha/A Iskandar
Namun kini, selama hampir lima tahun sejak 1997 sampai sekarang para ahli
ekonomi itu, kendati dibantu oleh ekonom dari Dana Moneter Internasional (lMF),
hanya dibikin linglung. Strategi dan rumus-rumus pemulihan ekonomi yang
dirancang mereka praktis hanya tinggal program dan konsep. Tak usah jauh-jauh,
tengok saja nasib program pemulihan yang tertuang dalam Letter of lntent (LoI)
antara pemeriritah RI-IMF, baik sejak zamannya Soeharto jadi Presiden hingga
eranya Habibie, Abdurahman wahid dan Megawati yang baru saju menyepakati draft
LoI ke-4.
Teori
dan kebijakan ekonomi yang sering dibangga-banggakan banyak ekonom ini seolah
tidak henti- hentinya “diledek” oleh virus krisis.
Setiap
rumus ataupun strategi pemulihan yang mereka rancang tak mampu membawa
Indonesia kearah recovery. Bahkan krisis tersebut cenderung
melebar jadi krisis multi dimensional yang terjebak dalam pusaran lingkaran
setan.
Apakah
yang dihasilkan selama 4 tahun lebih dari penyatuan tenaga dalam antara ekonom
di birokrasi dan ekonom IMF ini? “Nyaris tidak ada, selain semakin
membengkaknya jumlah utang LN dan utang dalam negeri yang berdampak pada krisis
Fiskal (defisit APBN yang kian parah). Belum lagi bila menengok indikator
ekonomi makro seperti nilai rupiah yang tak kunjung menguat terhadap dolar,
inflasi yang tinggi, suku bunga yang melangit, pengangguran yang kian
membengkak, sampai kepada semakin banyaknya jumlah penduduk miskin,” ungkap
pengamat ekonomi Hartojo Wignjowijoto.
Aspek
penting 1ainnya, sejak 1998, 1999, 2000 hingga 2001 faktor penyelamat
pertumbuhan produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hanyalah faktor consumsi (C).
Semeritara faktor pendorong pertumbuhan ekonomi lainnya baik Investasi (I},
pengeluaran pemerintah dalam APBN (G), dan ekspor (X) tidak begitu berperan.
Maklum, krisis yang terjadi telah membuat semaput hampir semua
perusahaan-perusahaan swasta dan BUMN dalam negeri.
Argumentasi
pembelaan yang seringkali dilontarkan ahli ekonomi pemerintah dan IMF adalah
karena begitu dominannya faktor-faktor non-ekonomi sehingga menyulitkan
kebijakan pemulihan. ”Pernyataan menghibur yang sebetulnya tak lebih dari upaya
menutupi 1elah dan putus asa," ungkap seorang wartawan yang tekun meliput
masalah masalah ekonomi makro dan keuangan sejak 1996 hingga sekarang.
Cocoklah
kalau dalam kondisi seperti ini kita merenungi kembali bukunya Paul Omerod yang
berjudul Matinya llmu Ekonomi. Sesuai judul bukunya, ekonom beraliran
strukturalis ini mengkritik habis-habisan filosofi dan teori ekonomi Neo-klasik
yang selalu digunakan Bank Dunia dan IMF untuk pembangunan ekonomi
negara-negara berkembang. Mainstream pemikiran ekonomi neo-klasik
yang menihilkan aspek non-ekonomi (sosial-politik-hukum dan budaya) dari
wilayah analisa, membuat ilmu ekonomi yang dikembangkan jadi tidak
realistis," tulis Omerod. Lalu bagaimana bisa ilmu ekonomi yang nota bene
menghilangkan faktor po1itik, sosial, hukum dan budaya dari wilayah analisanya
mampu memecahkan masalah kehidupan manusia seperti kemiskinan dan pengangguran?
Singkat
kata, lewat bukunya tersebut Omerod pada dasarnya ingin mengingatkan
ekonom-ekonom generasi sekarang akan bahayanya spesialisasi ilmu ekonomi, yang
cenderung secara arogan mencemplungkan masalah filsafat, politik, sosial dan
budaya di bawah karpet.
Padahal
kalau menelusuri sejarah pemikiran ekonomi generasi pertama yang diperkenalkan
Adam Smith di abad 18, ilmu ekonomi itu menyatu dengan wilayah etika, filsafat,
sosial, hukum dan politik. Kemudian sesudah periode berkembangnya aliran
Keynesian (awal abad 20) yang sukses memecahkan problema depressi besar 1933,
ilmu ekonomi semakin terspesialisasi menjadi ilmu ekonomi makro, ilmu ekonomi
mikro, ekonomi publik, moneter.
Mendekati
tahun 1980-an dan 1990-an Ilmu ekonomi semakin terjebak mengembangkan metode
kuantitatif-yang dengan bangga menobatkan diri bisa meramalkan satu pertumbuhan
ekonomi maupun tingkat inflasi. Namun tragisnya, ilmu ekonomi yang semakin
terspesialisasi ini semakin tidak mampu dalarn memecahkan masalah-masalah
sosial tahun 1980-an berupa pengangguran dan kemiskinan di pelbagai belahan
dunia.
"Kekecewaan-kekecewaan
akan semakin mandulnya ilmu ekonomi itulah yang melahirkan mainstream pemikiran
strukturalis, yaitu satu aliran pemikiran ekonomi yang berupaya memasukkan
fakto-faktor non-ekonomi dalam wilayah analisa," ungkap peneliti LIPI Hari
Susanto kepada Investor Indonesia. Aliran Strukturalis ini
berkembang di Inggris, Amerika latin dan wilayah-wilayah Asia termasuk
Indonesia.
Hartojo Wignjowijoto
Artikel ini pernah dimuat di salah satu Harian Ibukota.
Artikel ini pernah dimuat di salah satu Harian Ibukota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar